Blogger templates

Selasa, 12 April 2016

Menguak Rencana Netflix yang Ingin Menjadi Raja Dunia Hiburan

Catatan: Artikel ini adalah hasil reportase dari press trip yang dibiayai oleh Netflix.


Malam berangsur larut, kantor baru Netflix di Los Gatos, California, terasa begitu sepi. Tak tampak keramaian di kantor dengan halaman terbuka yang luas ini. Area kantin yang berada di koridor yang menawarkan banyak kudapan, makanan, serta minuman juga terasa sunyi.


Namun, ada aktivitas di salah satu ruangan yang dilengkapi meja rapat. Ruangan itu dipadati oleh staf Netflix dan jurnalis yang datang dari berbagai belahan dunia.


Sebuah proyektor menampilkan jam yang menghitung mundur menuju tengah malam. Pada saat itu lah musim kedua Daredevil, serial TV orisinal Netflix yang merupakan hasil kerja sama dengan Marvel Studios, akan tayang secara serentak di seluruh dunia. Tulisan “#daredevileverywhere” pada layar mengingatkan kita pada tagar “#netflixeverywhere,” tatkala Netflix diluncurkan secara serempak di 130 negara awal tahun ini.


Begitu penghitung waktu mencapai angka nol, dan episode pertama dari musim kedua resmi mengudara, layar pada proyektor menampilkan data dalam bentuk trafik. Orang yang memimpin di ruangan ini melontarkan pertanyaan, “Bagaimana hasilnya di iOS? Android?”


Anggota tim yang lain pun saling memberi jawaban.


Inside-Netflixs-battle-to-win-the-world-photo-01


Rasanya seperti berada di ruang kendali NASA sewaktu peluncuran pesawat ulang-alik, namun dengan pencahayaan yang lebih temaram dan kehadiran seorang aktor (Charlie Cox, pemeran utama dalam serial daredevil). Mengingat Netflix bermain di bisnis hiburan, semua drama tadi mungkin telah mereka siapkan sebelumnya.


Semua ini dimaksudkan untuk menyampaikan satu hal; Netflix kini semakin menasbihkan diri sebagai penyedia hiburan berskala global. Sehingga perilisan konten ke seluruh dunia secara simultan adalah bagian penting dari citra mereka.


“Kami ingin memproduksi serta mendistribusikan konten global ke seluruh penjuru dunia,” tutur CEO dan Co-Founder Netflix, Reed Hastings, kepada para wartawan beberapa jam sebelum peluncuran.


Selain itu, tiga resep utama Netflix untuk dapat merajai pasar global adalah data, teknologi yang terus ditingkatkan, serta memperkuat mindshare brand mereka di dalam kultur masyarakat.


Baca juga: Memblokir Netflix Bukanlah Sebuah Solusi, Melainkan Sumber Masalah Baru



Data adalah harta


Startup manapun yang telah menginjak tahap pendanaan Seri-A tahu bahwa kedudukan data begitu penting. Dan Netflix menghimpun data para penggunanya laksana naga Smaug yang menimbun emasnya di Lonely Mountain, Erebor. Namun, tak seperti hewan fiksi tersebut, Netflix tak sekadar menimbun “hartanya” begitu saja.


Data yang bernilai bukanlah data seperti yang selama ini kamu bayangkan. “Dari mana kamu berasal, usia, dan gender. Hal-hal tersebut tak begitu signifikan,” papar Todd Yellin, wakil presiden bagian inovasi produk di Netflix. Perannya adalah memastikan para pelanggan mendapatkan pengalaman terbaik selama menggunakan Netflix, baik itu saat menggunakannya di smart TV maupun smartphone Android.


Todd Yellin

Todd Yellin



Lalu, apa yang ditampilkan data tersebut kepada mereka? Salah satu contohnya adalah rata-rata pengguna Netflix melihat 40 hingga 50 judul konten selama sesi penjelajahan. Setiap judul itu dilihat sekitar satu setengah detik lamanya.


Tantangannya, sambung Todd, adalah menyarankan konten yang tepat kepada pengguna, berdasarkan preferensi, ketertarikan, serta riwayat tontonan mereka. Sehingga satu setengah detik yang pelanggan gunakan selama menjelajah tak terbuang sia-sia.


Tingkat kesuksesannya masih diperdebatkan; rekomendasi Netflix yang tidak konsisten telah lama menjadi objek lelucon di media sosial. Meski demikian, Netflix terus berupaya untuk meningkatkan layanannya, dan mereka telah banyak belajar semenjak resmi beroperasi secara global.


Contoh lainnya adalah metode A/B Testing. Metode yang efisien secara waktu ini kerap digunakan startup. dalam menyajikan materi yang berbeda terhadap kelompok pengguna yang juga berbeda, untuk mencari tahu mana yang lebih banyak dipilih pengguna.


Semuanya, bahkan hingga gambar utama yang pelanggan lihat ketika mereka menelusuri judul tertentu, juga telah diuji dengan cermat. Sedikitnya ada enam gambar yang ditampilkan kepada pengguna untuk tayangan seperti Jessica Jones dan Fuller House. Kemudian dari situ dilihat, mana yang paling banyak dipilih oleh pemirsa.


Narcos, acara yang banyak menggunakan bahasa Spanyol dengan bantuan subtitle Bahasa Inggris, terbukti sangat diminati di beberapa wilayah. Sebab, kata Todd, ceritanya sungguh menarik untuk diikuti. Sehingga, Netflix berhati-hati untuk tidak memprediksi apa yang pelanggan suka berdasarkan wilayah, namun berdasarkan jumlah penonton.


Ruang untuk bersantai di markas besar Netflix

Ruang untuk bersantai di markas besar Netflix



Langsung dari negara asalnya


Begitu Netflix sudah menentukan suatu konten akan didistribusikan wilayah ke mana, langkah selanjutnya adalah “menghadirkannya” ke pemirsa. Itulah tugas dari tim Ken Florence. Ken adalah wakil presiden bidang penyaluran konten di Netflix.


Jika konten yang kamu saksikan terlihat cemerlang dan apik, berterimakasih lah padanya. Lalu, jika ada konten yang tampilannya “pecah,” masih tersendat-sendat, dan terdapat banyak gangguan lainnya, kamu juga bisa melayangkan protes ke dia (mungkin juga penyedia layanan internetmu, pengaturannya, dan juga pembuat router-mu). Malah, sebaiknya kamu tak usah protes ke Ken sama sekali.


Netflix baru saja menyelesaikan transisi ke sistem cloud Amazon Web Services (AWS) belum lama ini. Hal ini mempermudah Netflix dalam menangani membeludaknya permintaan streaming seiring dengan bertambahnya jumlah negara dan pelanggan yang menggunakan layanan mereka. Namun, mereka masih punya sesuatu yang lebih hebat.


Seperti inilah wujud dari Open Connect Appliance

Seperti inilah wujud dari Open Connect Appliance



Open Connect adalah metode Netflix untuk memastikan agar konten video terdistribusi ke semua tempat dengan kecepatan pengiriman dan kualitas video seperti yang pelanggan harapkan. Cara kerjanya adalah ketika sebuah acara—misalkan Daredevil musim kedua—diunggah dan siap disalurkan, acara tersebut disalin ke semua wilayah di mana Netflix berada.


Pada tahap awal, Netflix menggunakan kapasitas komputasi Amazon. Selanjutnya video tersebut di-stream dari “kotak” penyimpanan yang Netflix kirim sendiri ke ISP dan internet exchange points di seluruh dunia.


Netflix memberikan kotak-kotak tersebut, yang bernama Open Connect Appliance, ke para ISP secara gratis. Fungsinya adalah untuk menyalurkan konten kepada pelanggan.


Kotak tersebut pada dasarnya adalah media penyimpanan layaknya server yang mampu untuk mengirimkan konten hingga kecepatan 100 Gbps. Kotak itu yang dibuat khusus oleh tim penelitian dan pengembangan Netflix itu dirancang agar hemat daya serta ramah lingkungan.


Ken mengatakan bahwa benda ini mempermudah Netflix untuk menyajikan kualitas yang lebih baik kepada pelanggan, mengurangi biaya yang ditanggung ISP, dan juga menjadi “pemandu” di internet. Dengan kata lain, kotak itu merupakan jawab terhadap ISP yang dulu mengeluhkan Netflix karena seringkali “membanjiri” jaringan mereka—juga mengancam untuk menurunkan kecepatan, kecuali mereka mendapat bayaran.


Netflix dapat mengetahui apa yang ingin kamu tonton


Netflix bekerja tanpa lelah untuk mencari tahu acara seperti apa yang harus ditampilkan kepada kamu, kapan harus menampilkannya, dan cara terbaik untuk melakukannya. Namun, untuk mengetahui cara kerja mereka, kamu harus menyaksikan sendiri secara langsung.


Netflix tampaknya tak punya kendala dalam mendapatkan konsumen, kendati mereka terus bersikukuh menolak untuk membeberkan jumlah pelanggan mereka secara global. Namun, mereka telah berhasil menorehkan kultur mindshare, sebuah tren. Orang-orang tahu “Netflix and chill” sebagai suatu ungkapan bahkan sebelum layanan streaming ini hadir di negara mereka.


Beberapa pabrikan smart TV bahkan telah menyematkan tombol khusus Netflix pada remote mereka.


Netflix telah memulai program Recommended TV sejak tahun lalu. Program ini merekomendasikan model smart TV tertentu yang memungkinkan pengalaman maksimal dalam hal kemudahan akses, performa dan kecepatan aplikasi pada saat dinyalakan pertama kali atau melanjutkan nonton, dan pembaruan perangkat lunak.


Tahun ini mereka akan menjalankan program tersebut secara global. Stiker kecil bertulisan “Netflix Recommended TV” memang ditujukan sebagai garansi kualitas. Namun sebetulnya hal itu dimaksudkan untuk menegaskan kalau Netflix ada di mana-mana.


David Holland dan Brady Gunderson

David Holland dan Brady Gunderson



Semua hal tersebut memiliki tujuan. Laboratorium uji di markas besar Netflix dipenuhi oleh berbagai merk TV, tablet, smartphone, serta perangkat lainnya. Ini membuat saya percaya bahwa Netflix serius ketika merekomendasikan model atau merek mana yang paling mendukung layanan mereka. Dan mereka mengatakan bahwa proses ini tak melibatkan kerja sama atau kontrak finansial antara Netflix dengan manufaktur semua perangkat tersebut.


Bukan tanpa kendala


Semua usaha yang dilakukan Netflix lakukan pada akhirnya akan bermanfaat bagi mereka, sebab kini mereka sudah menghadirkan layanannya di lebih dari 190 negara. Semakin besar perusahaan mereka, semakin besar pula tantangan yang mesti mereka hadapi.


Contohnya, para pelanggan di wilayah yang baru mereka jajaki mengeluh akan jumlah konten dalam katalog yang ditawarkan. Keluhan mereka cukup beralasan. Konten di wilayah mereka tidak selengkap konten di wilayah AS.


Walaupun konten tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu, banyak pelanggan yang merasa rugi jika harus memperpanjang masa percobaan gratis selama, meski Netflix menjamin akan terus menambah konten mereka di seluruh dunia.


Peluncuran musim kedua Daredevil sekaligus menegaskan bahwa konten orisinal Netflix bisa tersedia di seluruh dunia secara serentak. Dan hal itu benar adanya. Netflix terus memperbanyak katalog orisinal mereka, dengan mempekerjakan tim dari Hollywood dan berbagai belahan dunia.


Bagi sebagian besar pelanggan, masalah tersebut dapat segera teratasi dengan cara menggunakan VPN dan proxy untuk mengakses katalog Netflix AS. Namun Netflix baru menerapkan kebijakan yang melarang tindakan ini dan mengancam akan memblokir akses pelanggan. Pelanggan di luar AS akhirnya tidak bisa lagi mengakses katalog AS yang lengkap.


Reed Hastings sedang memaparkan penjelasan kepada wartawan

Reed Hastings sedang memaparkan penjelasan kepada wartawan



Reed mengatakan bahwa hal ini lumrah terjadi ketika perusahaan sedang berkembang. “Dengan semakin baiknya TV internet, berarti kita juga harus lebih menghormati peraturan yang ada,” jawabnya atas kontrak lisensi internasional yang membuat semua konten mereka tak bisa ditampilkan segera di seluruh dunia.


Namun, ia juga sebelumnya mengatakan bahwa Netflix akan berusaha untuk menyamaratakan semua katalog di semua negara. Banyak yang beranggapan bahwa Netflix merujuk pada konten orisinal, agar mereka tidak lagi bergantung pada berlisensi buatan pihak luar.


Pada dasarnya, pesan yang ingin mereka sampaikan kepada pelanggan yang membatalkan langganan karena diblokirnya VPN adalah: Bersabarlah, semua akan indah pada waktunya.


Masalahnya, Netflix bukan lagi pemain tunggal dalam industri ini. Mereka mungkin perusahaan yang kuat, namun pesaing terus bermunculan. Beberapa di antaranya juga telah go international.


Mulai dari raksasa internet dan TV kabel seperti AT&T, raksasa jaringan seperti CBS, raksasa internet dunia seperti Amazon, hingga pemain lokal di Asia Tenggara seperti iFlix dan Hooq, beragam layanan streaming itu siap bersaing demi hak lisensi eksklusif film dan serial TV di seluruh dunia.


Ada juga masalah-masalah yang sulit diprediksi seperti Indonesia yang memutuskan untuk memblokir layanan mereka hanya beberapa hari setelah resmi diluncurkan. Reed memilih bersikap diplomatis menanggapi hal tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka terus berusaha menanggulangi masalah seperti ini.


Ia juga menekankan bahwa Netflix tak gentar jika harus angkat kaki dari negara tertentu jika keadaan tak kunjung membaik, meski ia tak mengonfirmasi akan mengambil langkah tersebut kepada Indonesia.


Cina juga merupakan pasar yang menggiurkan yang belum mampu mereka jamah. Reed berujar bahwa perusahaannya sedang mempelajari lebih banyak hal mengenai negara tersebut dan sedang berusaha untuk menuntaskan masalahnya, meski mereka terbilang agak terlambat untuk masuk ke pasar ini.


Kabar baiknya adalah Netflix sadar bahwa mereka harus terus berjuang jika ingin terus memimpin, namun tak semua orang beranggapan demikian. Sebesar apapun usaha Netflix dalam berinovasi, orang-orang tetap akan menilai mereka dari kelengkapan konten dalam katalognya.


Tim pelisensi Netflix harus terus bergerak secepat mungkin, bahkan lebih cepat dibandingkan semua pesaing mereka, untuk segera menghadirkan katalog yang sama di semua negara. Meski beberapa orang paham bahwa tugas melisensi konten adalah hal yang sangat berat, rata-rata pelanggan merasa bahwa cara terbaik bagi mereka adalah kembali menggunakan torrent. Dan hal itu tentu saja bukanlah yang Netflix harapkan.


Baca juga: Layanan Online Asing Apa yang Sangat Kamu Inginkan Kehadirannya di Indonesia?


(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)


The post Menguak Rencana Netflix yang Ingin Menjadi Raja Dunia Hiburan appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar