Blogger templates

Jumat, 15 April 2016

[REVIEW] Platform Revolution: Memahami Kesuksesan GO-JEK, UBER, dan Airbnb

Pada tahun 2015, saya dan ibu saya memutuskan untuk menjadi tuan rumah atau host Airbnb. Lantai atas rumah kami, yang dirasa terlalu besar untuk ibu saya yang tinggal seorang diri, kini menjadi tempat persinggahan para pelancong yang datang hampir setiap akhir pekan.


Sebagai seorang pelancong, saya sudah sejak lama menggunakan Airbnb. Ada hal-hal yang tak saya ingat namun tercatat rapi dalam riwayat pemesanan saya—di sana tertulis bahwa saya menggunakan aplikasi ini untuk pertama kalinya tahun 2011, saat memesan sebuah kamar di East Village, New York.


Menurut riwayat pemesanan Airbnb saya, dulu saya pernah tinggal di sini

Menurut riwayat pemesanan Airbnb saya, dulu saya pernah tinggal di sini



Tahun 2015 menjadi awal cerita dari sebuah kebiasaan baru saya yang kini telah menjadi rutinitas. Kini, saya mengakses smartphone beberapa kali dalam sehari untuk memesan layanan transportasi—atau makanan—lewat sebuah aplikasi.


Karena saya tinggal di Indonesia, aplikasi yang paling sering saya gunakan adalah GO-JEK layanan transportasi ojek dan jasa pengiriman berbasis aplikasi. Namun, saya juga menggunakan UBER dan Grab sesekali.


Pengalaman kamu ketika pertama kali menggunakan aplikasi tersebut mungkin juga tak berbeda jauh seperti saya. Perusahaan seperti GO-JEK, UBER, dan Airbnb mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk mengadopsi kebiasaan yang baru. Dan prosesnya terjadi dalam waktu yang luar biasa singkat.


Ada kesamaan di antara ketiga perusahaan tersebut: Mereka telah menciptakan infrastruktur digital yang membantu orang-orang untuk terhubung dan saling bertukar barang maupun jasa. Baik GO-JEK maupun Airbnb tidak menyediakan barang dan jasa tersebut, namun para pengguna aplikasi mereka yang melakukannya. Dalam kasus GO-JEK dan Airbnb, orang-orang tersebut adalah para pengendara sepeda motor dan para host.


Baca juga: Review Buku Never Eat Alone: Pentingnya Membangun Jaringan dari Bangku Kuliah



Mengubah haluan perusahaan


Bisnis seperti ini dinamakan platform—model bisnis yang sedang “menguasai dunia.” Itulah landasan dari Platform Revolution, buku yang ditulis oleh Sangeet Choudary, Geoffrey Parker, dan Marshall Van Alstyne.


Buku ini menjelaskan bagaimana cara kerja bisnis platform, bagaimana cara membangun dan mengelolanya, dan dampaknya terhadap masyarakat luas.


Fakta menarik pertama yang saya temukan saat membaca buku ini adalah bahwa ternyata Airbnb, GO-JEK, dan UBER hanyalah bagian kecil dari sebongkah gunung es yang mencuat ke permukaan—atau aplikasi yang paling sering dibicarakan.


GoJek, aplikasi platforom yang paling sering saya gunakan

GO-JEK, aplikasi platform yang paling sering saya gunakan



Kekuatan transformatif dari model ini terus berlanjut hingga ke kedalaman samudera. Inilah hal yang harus diperhatikan oleh pemain di industri tradisional. Jika mereka memahami faktor apa saja yang membuat platform menjadi begitu berpengaruh, mereka dapat mengadaptasikan beberapa fitur dari model bisnis tersebut. Namun, diperlukan perubahan yang radikal.


Bisnis tradisional—atau pipe business seperti yang disebutkan oleh penulis dalam bukunya—berusaha untuk menguasai dan mengendalikan setiap aspek dalam prosesnya, mulai dari pembuatan hingga penjualan. Ini merupakan cara yang tradisional manakala kamu ingin menciptakan perusahaan yang besar dan sukses.


Kemudian lahirlah internet, serta muncul perusahaan seperti Apple, Google, dan Facebook Mereka menjalankan model bisnis platform dan dalam waktu yang singkat menjadi perusahaan paling bernilai di dunia.


Namun, Apple, contohnya, tidak menjalankan model platform sejak awal mereka berdiri. Mereka memproduksi dan menjual perangkat keras—model bisnis tradisional.


Namun, yang membuat valuasi Apple melambung tinggi adalah iPhone dengan sistem operasinya yang memungkinkan pihak ketiga membuat banyak aplikasi keren.


Airbnb, UBER, dan GO-JEK mewakili perusahaan generasi baru yang beralih dari model tradisional menjadi model platform. Transformasinya semakin cepat: transaksi lewat aplikasi tersebut kini semakin berkembang, dan terjadi secara real-time.


iceberg-modified


Kabar baik bagi perusahaan yang mengadopasi model bisnis tradisional adalah bahwa mereka berkesempatan untuk bergabung dalam revolusi platform, caranya adalah dengan mengubah sistem perusahaan mereka secara keseluruhan—atau “mengubah haluan” seperti yang ditulis dalam buku ini.


Menurut apa yang tertulis dalam buku, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh perusahaan tradisional jika ingin mengadopsi model bisnis platform. Beberapa hal yang bisa mereka lakukan di antaranya adalah:


  • Memanfaatkan komunitas dan masyarakat yang telah ada, alih-alih mempekerjakan pegawai baru. Langkah ini memengaruhi tugas departemen HRD.

  • Mencari gagasan dan inovasi baru di luar perusahaan, ketimbang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan penelitian di dalam perusahaan. Langkah ini menjadi tugas departemen litbang.

  • Lakukan outsourcing produksi internal menjadi produksi eksternal. Langkah ini menjadi tugas bagian produksi.

Dalam buku ini diberi contoh bagaimana Nike mengambil langkah-langkah di atas dengan mengikut-sertakan para pelanggannya sebagai komunitas. Mereka melakukannya lewat promosi aplikasi dan perangkat wearable. Masih banyak contoh lain yang bisa kita pelajari.


Platform Revolution jelas merupakan bacaan yang mencerahkan bagi wirausahawan teknologi untuk membangun platform sukses di sektor lainnya, khususnya bagi mereka yang kini sedang menjalankan bisnis tradisional.


Apple-stock-alltime

Nilai perusahaan Apple melambung tatkala mereka resmi memperkenalkan iPhone beserta iOS-nya.



Formula unggul


Hal kedua dari buku ini terus terngiang dalam benak saya. Yaitu argumen yang sulit terbantahkan dalam menguraikan keuntungan kompetitif model bisnis platform dibandingkan model bisnis tradisional.


Argumen kunci yang menjelaskan mengapa perusahaan platform bisa unggul adalah karena mereka berkembang secara efisien. Platform tumbuh lebih cepat, namun dengan biaya lebih sedikit ketimbang perusahaan tradisional. Sebab mereka:


  • Menghilangkan gatekeeper dan menggantinya dengan penilaian langsung dari masyarakat. Contohnya, semua orang dapat menerbitkan buku lewat Amazon, tak ada penyunting buku yang menentukan buku mana yang bisa terbit dan prosedurnya seperti apa. Masyarakatlah yang menilai apakah buku tersebut layak untuk dibaca atau tidak.

  • Tidak perlu modal yang dikeluarkan terus menerus untuk pembelian, pengelolaan, dan penyimpanan barang. Justru mereka memanfaatkan sumber daya yang tak terpakai dan menyerap keuntungan dari partisipasi masyarakat. Airbnb tak punya hotel—mereka membantu pihak hotel untuk menyewakan kamar yang tak terpakai.

  • Menggunakan data dalam mengambil keputusan. Facebook mengolah banyak data untuk menentukan post mana yang paling kamu sukai, dan menampilkannya dalam linimasamu.

Bahkan hasilnya lebih baik daripada itu. Pertumbuhan menjadi bagian alami dari model platform disebabkan adanya network effect.


Ketika Toyota mampu menciptakan mobil yang disukai oleh masyarakat, mereka harus membuat lebih banyak mobil tersebut untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Jika ada permintaan yang tinggi terhadap sopir GO-JEK, platformnya harus dapat mempermudah sopir baru yang ingin bergabung.


Hasilnya adalah cakupan yang lebih luas, waktu menunggu yang lebih singkat. Ketika semakin banyak masyarakat yang memesan layanan transportasi, ini membuka peluang lebih lebih besar bagi pengendara ojek untuk bergabung. Lingkaran yang terjadi dengan sendirinya ini terus menciptakan permintaan. Inilah yang dinamakan network effect.


Pada akhirnya, akan terjadi pertumbuhan yang membeludak pada model bisnis platform yang dirancang dengan baik. Namun diperlukan pengelolaan baik pula. Sebab jika tidak, justru bisa terjadi hal yang tak diinginkan.


Jika vendor dalam e-commerce dengan sengaja menjual produk palsu dan mengabaikan keluhan dari konsumen, akan semakin sedikit konsumen yang mau berbelanja di marketplace tersebut. Akhirnya ini malah merugikan vendor yang menjual produk asli. Hal yang terjadi selanjutnya adalah menurunnya popularitas platform tersebut.


Potensi platform untuk ekspansi dalam waktu yang singkat dengan biaya rendah, sembari menciptakan network effect, juga menjadikan model bisnis ini memperoleh margin yang tinggi dari semua transaksi yang mereka fasilitasi. Semua faktor ini menjelaskan mengapa perusahaan platform mampu mendominasi secara global dalam waktu yang cepat.


Revolusi platform berikutnya seperti apa?


book11


Jika semua konsep di atas terasa familier di benak kamu, mungkin itu karena kamu pernah membaca Platform Scale, buku karya Sangeet Choudary sebelumnya yang pernah diulas di Tech in Asia. Sangeet juga pernah tampil di laman AMA.


Dalam banyak hal, buku Platform Revolution, yang baru saja dirilis, ditulis berdasarkan fondasi Platform Scale. Namun kamu tak mesti membaca buku pertamanya lebih dulu.


Buku Platform Revolution terdiri dari 12 bab. Empat bab awal mendiskusikan konsep dasar, beberapa di antaranya telah saya bahas tadi. Dalam bab selanjutnya para penulis mengulas lebih jauh dengan memberi tip dalam merancang, meluncurkan, memonetisasi, mengelola, dan mengukur kesuksesan bisnis platform. Topik tersebut akan saya bahas dalam artikel selanjutnya.


Baca juga: 24 Buku Mengenai Startup dan Entrepreneur yang Wajib Dibaca Tahun Ini


(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)


The post [REVIEW] Platform Revolution: Memahami Kesuksesan GO-JEK, UBER, dan Airbnb appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar