15 Kejadian Penting di Ranah Teknologi Sepanjang 2015
Tahun 2015 adalah tahun dengan berbagai pembaruan di ranah teknologi. Hampir semua nama besar menghiasi tajuk utama dari Januari hingga Desember, dengan persaingan, pencapaian, dan teknologi baru.
Berikut adalah 15 kejadian penting, ditampilkan secara tidak berurutan, yang mencerminkan bila teknologi selalu memberikan kejutan baru tak terkecuali di tahun ini, dan tentunya tahun-tahun mendatang.
1. Apple ikut berkompetisi di segmen wearable
Meski bukan menjadi yang pertama, Apple akhirnya merilis Apple Watch pada bulan April 2015. Jam tangan pintar ini sontak menjadi pusat perhatian, terutama varian Edition yang di Indonesia dijual Rp159 jutaan. Sayangnya Apple enggan membeberkan angka penjualannya. Ini membuat banyak pihak menduga penjualan Apple Watch jauh di bawah target Apple.
Namun, jika melihat penjualan iPad yang baru mendapatkan traksi beberapa tahun setelah diluncurkan, tampaknya Apple Watch akan melalui siklus yang sama. Bahkan, menurut IDC, diprediksi terjadi peningkatan angka penjualan jam tangan pintar dan fitness tracker, dari 80 juta unit pada tahun ini menjadi 111,1 juta unit pada 2016.
2. Mobil dengan akses internet rentan diretas
Logikanya, apa pun yang tersambung ke internet rentan terhadap “serangan” dari luar. Hal yang sama berlaku juga pada connected car, atau mobil yang tersambung dengan internet. Tahun ini, mobil keluaran tiga produsen ternama, Fiat Chrysler, GM, dan Tesla, dilaporkan berhasil diretas.
Sebuah tim yang terdiri dari periset keamanan berhasil mengendalikan Jeep Cherokee dari jarak jauh. Ini memaksa Fiat Chrysler memanggil ulang 1,4 juta mobil tersebut. OnStar, sistem komunikasi dalam mobil yang dikembangkan GM, juga dilaporkan punya celah keamanan yang memungkinkan mobil diambil alih dari jarak jauh. Mobil produksi Tesla pun didera isu serupa, mungkin bisa dibilang paling parah dari yang lain. Karena ditemukan ada beberapa cara untuk meretas mobil tersebut.
3. Stagefright gegerkan pengguna Android
Stagefright, exploit yang memungkinkan peretas mengendalikan sistem operasi smartphone Android apa saja tanpa sepengetahuan penggunanya, menjadi topik yang ramai dibahas pada bulan Juli 2015. Isu ini cukup serius, karena tercatat hampir satu miliar perangkat Android terinfeksi.
Disebut-sebut sebagai isu keamanan pada smartphone terbesar yang pernah ada, masalahnya bukan dari sisi jumlah perangkat yang terserang saja. Namun karena belum semua pengguna mendapatkan patch untuk mengatasi Stagefright.
Google memang telah merilis patch resmi, namun pengguna tidak bisa mengimplementasikannya langsung. Patch hanya bisa diimplementasikan oleh vendor atau produsen perangkat keras, sehingga kemungkinan besar masih ada jutaan perangkat Android yang rentan terhadap exploit ini.
4. Perusahaan-perusahaan teknologi kompak menolak “pintu belakang”
Meski mendapatkan banyak tekanan dari pemerintah di berbagai negara untuk menyediakan “pintu belakang” untuk mengakses pesan terenkripsi, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Google, Facebook, dan lainnya menyatakan bahwa mereka akan menjunjung tinggi privasi pelanggannya. Bahkan, pasca serangan teroris di Paris yang membuat tekanan semakin besar, mereka tetap bersatu menolak regulasi yang melemahkan teknologi enkripsi.
Tim Cook, CEO Apple, adalah salah satu petinggi perusahaan teknologi yang paling vokal terhadap isu ini. Bulan Oktober 2015, ia menyatakan bahwa perusahaannya tidak akan menyediakan back door sampai kapan pun.
5. Kecerdasan buatan semakin mainstream
Tahun ini, kecerdasan buatan menjadi teknologi yang semakin umum, bukan lagi sesuatu yang hanya dapat disaksikan di film fiksi ilmiah. Ini karena semakin banyak perusahaan teknologi yang berinvestasi untuk mengembangkannya. Salah satunya Google, yang pada bulan November 2015 mengumumkan bahwa mereka sedang menggarap sistem kecerdasan buatan bernama TensorFlow.
Google menggunakan TensorFlow pada berbagai produk mereka, termasuk Search, Photos, dan Translate. Namun, mereka akhirnya menjadikan perangkat lunaknya open-source, sehingga publik dapat memanfaatkannya pada perangkat lunak apa pun.
Google juga berinvestasi pada proyek kecerdasan buatan nirlaba yang bernama OpenAI. Selain Google, perusahaan seperti Facebook, Amazon, dan Tesla juga ikut menggelontorkan dana. Dana sebanyak $1 miliar (sekitar Rp13,9 triliun) telah disiapkan untuk proyek jangka panjang ini.
6. Instagram menyalip Twitter
Tahun ini Instagram “meledak”. Pada bulan September 2015, aplikasi berbagi foto milik Facebook tersebut mencatat jumlah pengguna aktif bulanan sebanyak 400 juta orang, melampaui pengguna aktif Twitter.
Di kubu seberang, Twitter sedang bersusah payah mendongkrak pertumbuhan penggunanya. Mereka menggeser Dick Costolo dari kursi CEO, menggantikannya dengan Jack Dorsey, salah satu pendirinya, dengan harapan agar tidak semakin kehilangan momentum.
7. Skandal emisi Volkswagen
Vendor otomotif asal Jerman, Volkswagen, kedapatan memasang perangkat lunak yang dapat mengelabui standar emisi. Perangkat lunak tersebut hanya bekerja saat kendaraan sedang diuji emisinya. Sementara pada kenyataannya, emisi sejumlah model mobil Volkswagen jauh di atas ambang batas yang diizinkan.
Awalnya, Volkswagen mengakui isu ini terdapat pada 500.000 mobil yang dijual di Amerika Serikat. Belakangan, mereka mengungkapkan perangkat lunak tersebut tertanam di sekitar 11 juta mobil yang dipasarkan di seluruh dunia. Karena masalah ini, Volkswagen menghadapi tuntutan hukum di Amerika Serikat dan Eropa.
8. “Reformasi” Google
Bulan Agustus, Google mengejutkan dunia dengan rencana mereka merombak struktur perusahaan. Menurut Larry Page, CEO Google, bisnis inti mereka—seperti Search, YouTube, dan Android—akan menjadi subsider dari induk perusahaan mereka yang bernama Alphabet.
Bisnis lain, seperti divisi life science dan pabrik “moonshot” Google X, dipecah menjadi perusahaan sendiri. Menurut Larry, alasan dibalik strukturisasi ini adalah agar tiap bisnis dapat bergerak dengan lebih cepat secara independen. Alfabet mulai aktif di bursa saham pada Oktober 2015.
9. “Balapan” luar angkasa
Jika dulu “balapan” luar angkasa terjadi antar negara, tahun ini kita menyaksikan salip menyalip antar perusahaan swasta. Bulan November 2015, Blue Origin milik Jeff Bezos, CEO Amazon, sukses meluncurkan roket New Shepard 100 km dari permukaan bumi, sebelum mendarat kembali. Ini bisa terjadi berkat dikembangkannya roket yang dapat dikembangkan kembali, yang dapat memangkas biaya penerbangan luar angkasa secara dramatis.
SpaceX milik Elon Musk, yang juga adalah CEO Tesla, juga mencatat pencapaian yang jauh lebih membanggakan. Berbeda dengan New Shepard, roket Falcon 9 yang diluncurkan SpaceX berhasil meluncur hingga ke orbit pada 22 Desember 2015, kemudian mendarat lagi ke Cape Canaveral secara vertikal. Dalam misi peluncuran tersebut, Falcon 9 sukses mengantarkan 11 satelit.
10 Live streaming di platform mobile makin jaya
Media sosial tak lagi terbatas pada kata, gambar, atau video saja. Tahun 2015, tren media sosial bergeser ke mobile live streaming. Meerkat adalah aplikasi pertama yang sukses menggaet pasar. Twitter menyusul kemudian dengan Periscope. Pertanyaannya, siapa yang akan memimpin?
Apple menjawab pertanyaan tersebut pada bulan Desember dengan menasbihkan Persicope sebagai “App of the Year.” Hingga Agustus, empat bulan setelah diluncuran, jumlah pengguna terdaftar di Periscope telah mencapai 10 juta akun. Padahal, Twitter dan Facebook sama-sama butuh dua tahun untuk mencapai jumlah yang sama.
11. Facebook masih tetap eksis
Tiga tahun setelah mencapai 1 miliar pengguna aktif bulanan, raksasa media sosial, Facebook, mencatat rekor terbaru dengan 1 miliar login dalam satu hari dan 1,5 miliar pengguna aktif bulanan.
Artinya, satu dari tujuh orang di dunia sign in ke Facebook setiap hari, dan ini belum termasuk jumlah pengguna aktif layanan milik Facebook lainnya, seperti Instagram dan WhatsApp. Orang-orang boleh berpendapat kalau Facebook telah kehilangan pamor. Tetapi angka-angka di atas membuktikan sebaliknya.
12. Bahasa pemrograman Swift dibuat open-source
Setelah eksklusif hanya tersedia untuk platform Apple saja, bahasa pemrograman Swift dibuat menjadi open source. Harapannya, bahasa pemrograman rancangan Apple yang digadang-gadang sebagai pengganti Objective-C ini akan semakin banyak digunakan oleh developer.
Craig Federighi, Senior VP Software Engineering Apple, mengatakan bahwa Swift ditargetkan menjadi bahasa pemrograman utama untuk 20 tahun ke depan. Saat ini, selain untuk platform Apple, Swift juga sudah tersedia di Linux untuk digunakan pada server.
13. Microsoft luncurkan Windows 10
Pada bulan Juli 2015, Microsoft meluncurkan sistem operasi PC terbaru mereka, Windows 10, sebagai upgrade gratis. Berbeda dengan iterasi sebelumnya, sistem operasi ini untuk pertama kalinya menawarkan aplikasi universal. Artinya, aplikasi yang dibuat untuk PC dapat berjalan di Windows Phone, Xbox, dan bahkan sistem Windows Holographic yang sedang dikembangkan.
14. Situs torrent bertumbangan
Selama beberapa tahun terakhir, Motion Picture Association of America (MPAA) memburu dan menutup sejumlah situs torrent, tempat di mana pengguna internet bisa mendapat akses ke berbagai musik, film, program, dan berbagai jenis karya cipta yang dibajak lainnya. YIFY dan Popcorn Time adalah dua nama yang “dimatikan” tahun ini.
Dikabarkan, beberapa situs torrent lainnya, seperti The Pirate Bay, Kickass Torrents, dan Torrentz, juga akan mengalami nasib yang sama. Perang terhadap aksi pembajakan tampaknya mulai berpihak kepada pemegang hak cipta, meski bukan tanpa perjuangan yang keras.
Berbagai cara dilakukan industri hiburan untuk mengalihkan pengguna internet dari “sisi gelap,” dan mulai menikmati kontern berbayar. Layanan streaming musik adalah salah satunya. Sementara layanan streaming film dan serial TV, Netflix, akan masuk di Singapura dan menyebar ke negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia, tahun depan.
15. Mantan peretas iPhone kembangkan self-driving car
Mungkin bukan sesuatu yang “wah” jika produsen besar macam Tesla atau Google mengembangkan mobil kendali otomatis atau self driving car. Namun lain ceritanya jika ini dilakukan oleh individu. George Hotz, orang pertama yang berhasil meretas iPhone 1st Gen dan Sony PlayStation 3, adalah orangnya.
Di dalam garasi rumahnya, ia diam-diam mengembangkan sendiri sistem mobil kendali otomatis. Sebagai kelinci percobaan, ia menggunakan mobil Acura ILX yang bagian interiornya telah mengalami banyak perombakan. George sistem driver assistance berbasis kamera dari MobilEye, yang teknologinya juga digunakan oleh Tesla. Rencananya, George akan menjual sistem ini dengan harga yang relatif terjangkau, yaitu $1.000 (sekitar Rp13 juta).
sumber: