Sebagai negara dengan jumlah pengguna smartphone mencapai 55 juta orang, Indonesia merupakan salah satu pasar aplikasi mobile di Asia Tenggara yang begitu menggiurkan. Dengan fakta tersebut, sudah bukan rahasia umum jika keinginan menjadi tuan rumah di negeri sendiri merupakan impian developer tanah air, baik itu developer game maupun aplikasi.
Popularitas Tahu Bulat pada bulan Mei kemarin merupakan contoh kasus menarik tentang bagaimana dinamisnya persaingan pasar mobile game di negara ini. Dengan angka unduhan mencapai satu juta kali dalam enam belas hari saja, Tahu Bulat menjadi contoh bagaimana pemilihan tema yang populer dan eksekusi produk bagus menjadi kombinasi efektif untuk menduduki peringkat pertama di Google Play.
Bak pepatah “semakin tinggi sebuah pohon maka akan semakin kencang pula angin yang meniupnya,” kesuksesan yang diraih game Tahu Bulat kini mendatangkan situasi baru di mana genderang perang melawan cheater ditabuhkan dan proteksi atas hak cipta dirasa betul-betul diperlukan.
Munculnya Tahu Bulat “nakal”
Karena ekspos media yang demikian tinggi atas keberhasilannya menduduki peringkat atas di Google Play, Tahu Bulat menghadapi persaingan melawan puluhan aplikasi lain yang seolah ikut-ikutan mencatut namanya di app store.
Andai kamu menyempatkan diri untuk mengetik kalimat tahu bulat di Google Play, kamu akan melihat bermacam aplikasi dan game dengan nama yang mirip dengan game buatan Own Games tersebut. Walaupun kita tidak bisa asal menuduh mereka telah meniru, namun beberapa di antaranya secara gamblang mencuri aset Tahu Bulat. Mereka kemudian membuatnya menjadi game platformer atau runner yang tidak dipoles secara menarik.
Lewat perbincangan singkat bersama Eldwin Viriya, CEO sekaligus Co-Founder Own Games ini mengaku tidak mau ambil pusing dengan kasus kemiripan nama Tahu Bulat di Google Play. Eldwin sendiri tidak mempersoalkan kesamaan nama game lain yang juga menyebut nama Tahu Bulat.
“Selama tidak mengambil aset game Tahu Bulat Own Games, saya senang sekali (melihat persaingan ini),” ujarnya.
Lantas bagaimana dengan beberapa game yang secara jelas mencuri aset game buatan mereka? Own Games mengaku tidak memedulikan hal ini, karena mereka lebih fokus dengan Tahu Bulat buatan mereka sendiri. Namun setelah beberapa kali dikontak pihak Google, Own Games akhirnya terdorong juga untuk menindak tegas aplikasi Tahu Bulat “nakal” yang secara terang-terangan mencatut aset mereka.
“Beberapa game yang ambil aset Tahu Bulat sepertinya akan segera diturunkan atau diminta ganti aset,” tambah Eldwin.
Nama Tahu Bulat sendiri saat ini tidak didaftarkan ke lembaga Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Saat ditanya kenapa mereka tidak berniat mendaftarkan nama game mereka, Eldwin hanya menjawab singkat mereka tidak ingin seperti kasus King dengan Candy Crush yang berupaya mematenkan nama Candy alias permen pada tahun 2014 lalu.
Untuk sekarang, studio game asal kota Bandung yang hanya digawangi oleh dua orang tersebut jauh lebih memilih untuk fokus mengembangkan konten dan memerangi cheat yang dilakukan para pemain Tahu Bulat.
Mengakali ulah oknum pemain curang secara efektif
Dengan besarnya jumlah pengguna game Tahu Bulat, Own Games juga menghadapi kendala cheater alias para pemain curang yang berpotensi mengganggu proses fairplay di leaderboard. Salah satu media lokal bahkan pernah menuliskan cara curang bermain game Tahu Bulat dengan aplikasi nakal, sebelum akhirnya diturunkan atas permintaan dari tim Own Games sendiri.
Tak hanya itu saja, mereka bahkan juga mendapat email dari pemain yang mengeluh rusaknya perangkat Android mereka setelah bermain game Tahu Bulat. Namun setelah ditelusuri, rusaknya perangkat tersebut disebabkan oleh ulah pemain sendiri yang mengunduh APK berikut mod ilegal dari game Tahu Bulat. Aksi para pemain nakal jelas patut disayangkan karena proses cheat secara tidak langsung merusak pengalaman bermain mereka sendiri.
Untuk menekan jumlah cheat mod APK dan memastikan permainan Tahu Bulat selalu adil, Own Games selalu memberikan update konten baru setiap minggunya, dan menambahkan beberapa fitur baru guna meminimalkan pemain nakal. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah memperkenalkan mini game ambil tahu bulat bersama Towa, guna mengganggu program autotap yang digunakan pemain.
Selain itu mereka juga menerapkan sistem penalti bagi para pemain yang kedapatan memanipulasi sistem jam smartphone mereka. Sekadar informasi saja, setiap kali pemain menggeser jam di smartphone mereka dan ketahuan oleh sistem, game ini akan memberikan peringatan berupa penalti pemotongan uang dari hasil bermain.
“Penalti tersebut dibuat karena terlalu banyak pemain yang selalu menggeser jam smartphone mereka dan hal itu mengganggu data leaderboard. Jika sudah tiga kali diingatkan mereka membandel, data akan kami reset dan leaderboard mereka terhapus juga,” ujar Eldwin.
Beragam tanggapan muncul dari pemain yang telah curang bermain Tahu Bulat. Yang paling lucu, salah satu dari mereka bahkan ada yang membuat lelucon atas situasi ini dan mengunggahnya sebagai meme di jejaring sosial.
“Ya kami nikmati saja prosesnya, namanya kan juga pengalaman. Yang jelas secara teknis kami (Own Games) akan selalu cari solusi baru untuk menghadapi cheat di luar,” tutup Eldwin.
Dilema penanggulangan cheat dengan mekanisme ban
Senada dengan kasus Tahu Bulat, Flux Asia Solusindo selaku kreator Cumaceban juga termasuk salah satu developer Indonesia yang rutin memerangi para pemain curang. Sebagai game yang memberikan hadiah smartphone mewah dan beragam benda elektronik lainnya, Cumaceban otomatis menjadi sasaran empuk bagi para pemain nakal yang mengincar jalan pintas untuk menang.
Kepada Tech in Asia, Christian Lyman selaku Co-Founder Flux Asia Solusindo menjelaskan dilema pembasmian cheat di Indonesia. “Hampir setiap hari kita selalu monitoring mereka yang memiliki tiket game besar dan yang nyawanya tinggi,” jelas Christ ketika ditanya soal upaya menanggulangi cheater dalam game pemenang Tech in Asia Tour: Road to Jakarta 2015 ini.
Christ menjelaskan kalau hampir setiap hari mereka berperang menanggulangi para pemain nakal dengan memberi mereka flag, dan menekan peredaran tiket menang Cumaceban yang dilakukan oknum cheater. Mereka yang dicurigai curang diawasi. Bila terdeteksi menggunakan cheat, mereka akan langsung terkena ban.
Meskipun secara teknis masalah cheat Cumaceban sudah bisa teratasi, namun Christ mengaku pihaknya dilema menghadapi pihak yang telah mencurangi game mereka. Mereka yang telah dipastikan curang tengah melakukan perlawanan balik dengan memberikan skor rating jelek di halaman Google Play Cumaceban.
Situasi ini menempatkan Cumaceban dalam posisi yang serba salah. Di satu sisi mereka merasa perlu menghindarkan ekosistem game dari aksi curang pemain nakal, namun di sisi lain mereka juga membutuhkan reputasi positif di Play Store agar tetap terus menjaring pemain baru.
Walaupun menghadapi kenyataan yang cukup dilematis seperti, namun tim Cumaceban masih tetap konsisten memerangi cheat dan menyajikan konten terbaik demi kepuasan pemain. Dari informasi terakhir yang saya dapatkan, saat ini tim Cumaceban sedang menggaet selebritis. Sebelumnya mereka telah menggandeng relawan Teman Ahok dan e-commerce Tokopedia.
Terkadang saat melihat kesuksesan orang lain, kita tidak pernah tahu bahwa di sisi lain mereka sebetulnya sedang berjuang menghadapi babak baru di mana mental dan daya tahannya kembali diuji. Hal ini berlaku di berbagai situasi kesuksesan, tak terkecuali dalam hal pengembangan game maupun aplikasi.
Pembajak karya cipta dan cheater akan selalu ada dari waktu ke waktu, dan makin jauh lebih parah jika kita membicarakan platform gaming selain mobile. Yang bisa dipetik dari kasus ini adalah pelajaran untuk selalu siap di segala kondisi, baik itu di saat belum maupun sesudah berada di atas roda kesuksesan.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah; sumber gambar: JDI Backgrounder)
The post Memerangi Pembajak dan Cheater – Sisi Lain dari Kesuksesan Game Lokal appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar