[Artistalk] Sebuah Cita-Cita dari Usia Dini – Wawancara dengan Henry Tanuwijaya dari Alkemis Games
Sudah cukup lama semenjak terakhir kali saya membuat konten baru untuk seri artikel favorit saya pribadi ini. Ada banyak alasannya, tapi semuanya kembali jatuh ke kesibukan tim kami di Tech in Asia selama sebulan terakhir, serta sedikit kemalasan saya. Namun hari ini, di hari Minggu yang mendung, saya ingin mencerahkan harimu dengan karya-karya seni dan kisah inspiratif dari ilustrator Indonesia yang bekerja di industri game.
Minggu ini saya berkesempatan untuk mewawancarai Henry Tanuwijaya, seorang artis yang kini bekerja di Alkemis Games dari Surabaya. Bagaimana kira-kira perjalanan pemuda yang satu ini untuk menekuni hobi yang menjadi profesinya? Simak wawancara saya di bawah.
Halo Henry, bisa cerita sedikit tentang siapa kamu ke pembaca?
Halo, perkenalkan nama saya Henry Tanuwijaya, saya adalah alumni Universitas Kristen Petra. Saya suka bermain game, membaca buku, dan menggambar. Impian saya adalah menjadi orang yang semakin pandai dan rajin dari tahun ke tahun sehingga dapat semakin sukses di bidang yang saya tekuni. Harapan saya adalah dapat melangsungkan hidup dari bidang yang saya cintai ini.
Bisa cerita bagaimana kamu bisa jadi seorang ilustrator profesional?
Saya sudah hobi menggambar dari kecil, namun hingga kuliah saya masih menggambar menggunakan buku tulis yang ada garis-garisnya. Jadi, bisa dibilang saya telat berlatih secara profesional dalam menggambar, hingga saya mendapatkan kesempatan yang berharga dengan magang di Caravan Studio, Jakarta. Magang di sana membuat kepala dan mata saya terbuka bahwa untuk menjadi seorang profesional, ada hal-hal tertentu yang harus dilakukan secara mendalam
Bagaimana kamu bisa terjun ke industri game?
Ketika saya masih balita, saya terkesima dengan mesin Nintendo yang dimainkan keluarga saya pada masa itu. Begitu menyenangkan dan membahagiakan dapat memainkan berbagai game dari console tersebut sampai bertengkar dan berebut untuk dapat memainkannya.
Dari situ saya memahami bahwa saya ingin melibatkan diri dalam membuat game di kemudian hari nanti. Lalu ketika lulus dari universitas, saya langsung mencari-cari studio game lokal yang kiranya cocok dan sesuai dengan keahlian yang saya miliki.
Boleh tahu game apa saja yang pernah kamu kerjakan dan apa yang paling berkesan sejauh ini?
Game yang telah saya kerjakan skalanya tersebar mulai dari kecil hingga besar. Dulu saya bekerja di studio game lokal, Smallfarm Studio. Di sana saya banyak belajar hal yang dibutuhkan dalam membuat game. Adapun game yang berkesan adalah game pertama saya yaitu Star Apocalypse, sebuah game Flash dengan hasil yang lumayan dan cukup membuat saya puas.
Setelah itu, saya dan tim membuat game Flash yang saya sukai yaitu Wasted Colony, sebuah game tentang bertahan hidup di dunia zombi. Pada saat membuat itu, saya bahagia karena sukses membuat sesuatu yang baru.
Setelah puas, saya pindah ke tempat kerja lain. Di tempat baru tersebut, game yang berkesan adalah sebuah game mobile berjudul Circle of Mana. Ketika masa pengembangan, saya bersama tim membuat berbagai ilustrasi. Apa yang membuatnya begitu berkesan adalah banyaknya waktu yang harus kita pakai untuk lembur dan berinteraksi dengan rekan internasional.
Setelah itu saya mempunyai mimpi untuk terlibat dalam membuat game dengan skala besar, dan akhirnya saya jatuh hati ke Alkemis Games. Bersama studio ini, saya dapat mewujudkan impian saya untuk membuat game skala besar dalam wujud Raiders Quest.
Bagaimana pandangan kamu tentang industri video game di Indonesia sekarang? Apa harapan kamu ke depannya?
Sejak saya muncul di industri game lokal saat masih cupu hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa industri game di Indonesia berjalan di jalan yang benar. Dari tahun ke tahun semakin banyak game yang berhasil sukses di kancah internasional, hal itu jelas merupakan hal yang sangat positif bagi kita semua.
Harapan saya ke depannya adalah semakin banyak game Indonesia yang sukses, dan dapat membuat mereka berevolusi dari studio kecil menjadi studio besar yang dapat bersaing dengan negara-negara yang sudah lebih maju di industri game, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan begitu, industri kreatif di Indonesia dapat lebih banyak menarik perhatian tenaga kerja potensial. Namun hal tersebut harus ditopang dengan sektor edukasi yang mengikuti zaman dan dinamis.
Selain video game, biasanya kamu mengerjakan ilustrasi untuk media apa lagi?
Selain video game, saya juga membuat komik dan juga membuat ilustrasi trading card game.
Biasanya apa yang menjadi inspirasi kamu dalam berkarya?
Dalam mengerjakan karya-karya saya, faktor lingkungan dan murni berkhayal adalah hal yang tidak bisa saya lepaskan. Saya suka berkhayal namun tidak berlebihan.
Saya juga suka mencari inspirasi dari lingkungan yang saya lewati lalu saya catat di kepala agar tidak lupa (walaupun hanya mencatat di kepala jelas penuh resiko untuk lupa). Selain itu, saya juga sangat terinspirasi dari video game yang saya mainkan, baik itu game AAA ataupun indie.
Punya ilustrator favorit?
Waktu kecil, dewa saya adalah Akira Toriyama, dan itu berlangsung hingga kuliah. Namun sampai sekarang saya tetap tidak bisa menggambar Son Goku yang bagus. Setelah itu saya mempunyai ilustrator favorit lokal seperti Chris Lie, Lasahido, Rudy Siswanto, Erfian Asafat, Hendry Iwanaga, Is Yuniarto, dan banyak juga lainnya.
Kalau artis favorit internasional ada Goro Fujita, Jonas de Ro, Joe Madureira, dan lain-lainnya. Terlalu banyak untuk disebut semua, karena semuanya favorit dan saya banyak belajar dari karya-karya mereka.
Demikianlah wawancara singkat saya dengan Henry yang kini bekerja di Alkemis Games. Jika kamu ada komentar atau pertanyaan, tidak perlu ragu untuk menyampaikannya di komentar. Kamu juga bisa cek tautan-tautan di bawah ini untuk melihat karya-karya lainnya dari Henry. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
ArtStation: Honc87
Deviant Art: Hon87
[Artistalk] adalah artikel mingguan di Tech in Asia yang membahas mengenai para artis 2D ataupun artis 3D dari Indonesia yang bekerja di bidang video game. Jika kamu punya kritik atau saran untuk artikel ini, silahkan hubungi fahmi@techinasia.com atau melalui @fahmitsu.
P.S. Jika kamu tertarik untuk mengetahui tentang behind the scene pengembangan game lokal selain dari sudut pandang artis, cek juga seri artikel Devtalk dan Designertalk di Tech in Asia ID.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar