Dua minggu telah berlalu sejak Overwatch dirilis. Dalam waktu dua minggu saja, Overwatch telah berhasil menggaet pengguna sejumlah lebih dari tujuh juta orang. Berbagai media game menyanjungnya, menghadiahkan nilai review dengan angka-angka yang tinggi dan menyilaukan. Dalam video Honest Trailer Overwatch, Smosh Games menyebut Overwatch sebagai “game yang sudah sukses bahkan sebelum dirilis”.
Blizzard sekali lagi menunjukkan pada kita standar tinggi yang membuat mereka patut menjadi salah satu developer game terbaik dunia. Memang masih ada beberapa kekurangan dalam Overwatch, seperti tidak adanya mode single player serta cara Blizzard memasarkan Overwatch: Origins Edition yang menurut saya sedikit culas. Namun suka atau tak suka, kita tak bisa menampik kenyataan bahwa Overwatch adalah game yang fenomenal.
Kami termasuk salah satu media yang menetapkan Overwatch sebagai game wajib main lo!
Sebetulnya apa sih rahasia di balik kesuksesan Overwatch? Menurut saya, kekuatan utama Overwatch ada pada satu hal yaitu visi yang jelas dan kuat. Kalau kita renungkan sejenak, banyak sekali arahan desain dalam Overwatch yang didasari oleh keinginan untuk mencapai filosofi tertentu. Dan ketika semua keputusan diambil dengan fokus pada visi yang kuat, hasilnya adalah sebuah produk yang terpoles dengan kualitas tinggi.
Ada tiga filosofi penting yang pernah diutarakan oleh Jeff Kaplan selaku pengarah utama dalam tim pengembang Overwatch, yaitu desain yang inklusif, terbuka, dan sederhana. Bagaimana ketiga filosofi ini mempengaruhi Overwatch? Mari kita kupas satu-persatu.
Inklusif – membuat game untuk dinikmati semua orang
“Kami ingin semua orang merasa jagoan!” Kira-kira begitulah kalimat yang diutarakan oleh Jeff saat Overwatch pertama kali diumumkan dua tahun lalu. Sejak awal, Overwatch didesain sebagai game yang bisa dinikmati pemain dari segala kalangan. Demi mewujudkan visi tersebut, Blizzard menghadirkan 21 hero dengan desain unik serta latar belakang berbeda-beda.
Sejalan dengan kiprah Overwatch sebagai organisasi multinasional, kita disajikan karakter-karakter yang berasal dari berbagai negara. Ada Mei dari Cina, Mercy dari Swiss, D.Va dari Korea, Genji dan Hanzo dari Jepang, Torbjorn dari Swedia, dan lain-lain. Memang tidak mungkin semua negara di dunia mendapat perwakilan, namun apa yang disajikan Overwatch sudah cukup berwarna.
Banyaknya variasi kultur, ras, hingga pekerjaan yang direpresentasikan membuat kita mudah menumbuhkan rasa keterikatan terhadap para karakter Overwatch, apalagi bila karakter tersebut berasal dari negara kita atau negara favorit kita. Kira-kira efeknya sama dengan menonton tim sepak bola kesayangan kita bertanding di piala dunia.
Sebetulnya melakukan hal seperti ini ada risikonya juga. Pertama, ada kemungkinan kultur tertentu disajikan dengan keliru. Kedua, desain karakter yang dibuat bisa terjebak dalam stereotip membosankan. Untungnya Blizzard menangani sisi kultur dengan cukup serius, termasuk mencari aktor yang lancar berbicara dalam bahasa asli tiap karakter.
Desain hero Overwatch memang masih mengandung unsur stereotip yang kental. Misalnya hero dari Jepang adalah seorang ninja, sementara hero dari Korea adalah seorang pro gamer. Namun fokus kuat pada penggambaran kultur yang akurat membuat tiap karakter jadi terasa keren dan cocok dengan stereotipnya masing-masing.
Usaha Overwatch untuk merangkul semua kalangan tidak terbatas di desain karakter saja, namun juga meresap ke keseimbangan gameplay. Dengan mengusung gaya objective gaming layaknya MOBA, setiap peranan hero jadi terasa bermakna. Banyak orang menjauhi first person shooter karena mereka merasa kesulitan membidik musuh, tapi kekhawatiran tersebut tidak berlaku dalam Overwatch.
Seorang pemain Overwatch bisa jadi jagoan tanpa membunuh satu musuh pun, asal dia bisa melakukan tugasnya dengan baik sebagai tank atau support. Tahukah kamu, siapa hero dengan rasio kemenangan tertinggi di Overwatch? Bukan hero-hero pembunuh seperti Widowmaker, Bastion, atau McCree, tapi justru hero support yaitu Symmetra.
Blizzard juga secara khusus mendesain Overwatch supaya bisa nyaman dimainkan di PC maupun console. Hal ini dicapai dengan sistem kontrol yang hanya butuh sedikit tombol, serta fungsi aim assist bila kita main menggunakan gamepad. Tak main-main, Blizzard bahkan menggaet tim pengembang Call of Duty untuk membantu membuat aksi baku tembak Overwatch terasa nyaman. Benar-benar dedikasi yang tinggi!
Terbuka – mengakui bahwa gamer bukan orang-orang bodoh
Proses pengembangan Overwatch termasuk unik karena para developernya selalu bersikap terbuka, bahkan mungkin lebih terbuka daripada proyek-proyek Kickstarter. Mereka secara rutin memantau forum, mendengarkan masukan dari para fan, serta mengunggah berbagai video berisi penjelasan tentang isu-isu penting seputar pengembangan Overwatch.
Kita hidup di era di mana informasi adalah hal yang sangat mudah diakses serta dapat menyebar dengan begitu cepat, dan tim Overwatch sangat memahami hal tersebut. Komunitas gaming juga merupakan salah satu komunitas yang sangat aktif dan vokal di internet. Dengan memantau komunitas, developer bisa mendapat masukan-masukan berharga untuk membuat suatu game jadi lebih baik.
Komunikasi yang baik antara developer dengan fan pada akhirnya menciptakan dua hal penting yang membuat suasana komunitas jadi terasa positif, yaitu rasa tenang dan rasa memiliki. Fan merasa bahwa ucapan mereka didengar, dan berpengaruh secara langsung pada game kesayangan mereka. Fan juga tidak perlu khawatir atau berspekulasi terhadap suatu fitur, karena mereka bisa mendengar langsung alasan hadirnya fitur tersebut.
Tentu saja tidak mungkin semua masukan fan ditampung, karena bisa jadi usulan fan tidak sejalan dengan visi developer. Bahkan dalam tim developer sendiri pun bisa terjadi perbedaan pendapat. Blizzard berani membuat batasan yang jelas, dan pada akhirnya semua keputusan selalu dikembalikan pada visi serta filosofi yang hendak dicapai.
Salah satu contoh timbal balik menarik antara Blizzard dan para fan adalah pembahasan isu netcode yang digunakan Overwatch. Netcode dalam Overwatch dikembangkan dengan prinsip “favoring the shooter”, alias memprioritaskan keberhasilan orang yang menembak ketimbang yang ditembak. Alhasil, kadang pemain jadi merasa dicurangi karena mereka mati di kondisi yang seharusnya mereka tidak mati.
Sistem netcode seperti ini tidak baik untuk permainan kompetitif, namun pada kenyataannya banyak faktor yang mempengaruhi kualitas bermain rata-rata seperti lag dan kecepatan komputasi server. Blizzard secara khusus merancang netcode dengan prioritas supaya orang bisa main dengan nyaman dalam kondisi tidak ideal. Sementara itu permainan kompetitif difasilitasi dengan mode khusus yang memiliki implementasi netcode berbeda.
Sederhana – kenyamanan pemain adalah nomor satu
“Kesederhanaan adalah wujud kecanggihan yang tertinggi.” Jargon tersebut mungkin sudah pernah kamu dengar dari iklan produk-produk Apple. Filosofi yang sama digunakan juga oleh Blizzard dalam menjadikan Overwatch sebuah game yang mudah dipelajari, informatif, dan terfokus.
Overwatch memiliki banyak sekali fitur yang akan membantumu bermain dengan baik dan nyaman, mulai dari sisi visual, desain audio, desain AI, sampai desain interaksi komunitas. Kalau dibahas semua bakal terlalu panjang, jadi di sini saya akan mengajakmu menelaah dua aspek saja, yaitu desain visual dan audio.
Unsur visual dalam Overwatch yang menurut saya jenius adalah penggunaan warna-warna yang sangat sederhana dalam efek peluru dan partikel. Semua serangan musuh diberi warna merah, sementara efek partikel dari serangan kawan kebanyakan berwarna biru. Peluru-peluru yang beterbangan pun memiliki efek cahaya yang membuntutinya sehingga mudah dilihat.
Desain seperti ini membuat pertempuran jadi terasa tidak memusingkan meski sedang berlangsung sengit. Kamu bisa langsung mengenali kawan hanya dari efek partikelnya, dan bisa menerka posisi lawan dari garis peluru yang dihasilkan. Andai kamu terbunuh pun, layar akan menampilkan kill cam untuk menunjukkan posisi musuh sehingga kamu bisa menyusun strategi serangan balik.
Audio dalam Overwatch juga dirancang dengan begitu informatif terhadap pemain. Suara musuh memiliki volume lebih tinggi dibanding suara teman, jadi kamu bisa mendeteksi posisi musuh yang sedang melancarkan serangan berbahaya. Tak lupa jurus-jurus ultimate dilengkapi seruan khas yang mudah didengar, membuatmu bisa bereaksi untuk menghindarinya.
Ketika terjadi hal penting di medan pertempuran, para karakter bisa mengucapkan kalimat-kalimat unik untuk memberimu informasi, misal memberi tahu tentang adanya turret atau teleporter di tim lawan. Lebih dalam lagi, Blizzard bahkan mengadopsi teknik khusus untuk mengubah komposisi mixing suara secara real time. Tanpa kita sadari, teknik tersebut membuat kita mampu mengenali dengan mudah keberadaan suara-suara yang kita rasa “berbahaya”.
Scott Lawlor selaku sound engineer senior Overwatch menyatakan bahwa kalau memungkinkan, ia ingin Overwatch bisa dimainkan dengan monitor dalam keadaan mati. Tentu saja hal tersebut pada prakteknya mustahil, namun intinya adalah para pemain harus memiliki informasi selengkap mungkin tentang medan pertempuran. Suara hanya salah satu medium untuk mencapai tujuan tersebut.
Seluruh desain dan teknologi canggih dalam Overwatch pada akhirnya bertujuan pada satu hal: membuat pemain merasa nyaman. Developer ingin kamu fokus pada strategi mengalahkan musuh, bukannya malah kebingungan akibat kekurangan atau kelebihan informasi. Itulah sebabnya Overwatch sering disebut sebagai game first person shooter paling accessible. Elegan, simpel, namun tetap seru dan kompetitif.
Tiga filosofi di atas adalah sebagian hal yang mendasari berbagai keputusan penting dalam desain Overwatch yang fenomenal. Saya rasa filosofi tersebut patut kita pelajari untuk dijadikan pelajaran, terutama apabila kita adalah developer game seperti Blizzard. Visi Blizzard yang menomorsatukan kenyamanan pemain mungkin terdengar sederhana, namun dampaknya dalam pengembangan Overwatch sungguh luar biasa.
Bagaimana dengan kamu sendiri, adakah hal berkesan dalam pengalamanmu memainkan Overwatch sejauh ini? Tapi sebelum melanjutkan diskusi ini saya minta izin undur diri dulu sementara. Mau lanjut main Overwatch.
The post Belajar dari Filosofi Desain Overwatch – Inklusif, Terbuka, dan Sederhana appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar