Ibarat bertemu kawan lama, bermain game remaster mirip sebuah reuni singkat di mana kamu menghabiskan sekian jam waktumu untuk mengenang masa indah ketika masih bersama. Kurang lebih itulah kesan yang menyelimuti saya ketika memainkan kembali Day of the Tentacle yang bulan ini akhirnya dibangkitkan kembali oleh Double Fine Productions.
Meskipun game remaster kerap dihubungkan dengan perasaan nostalgia, namun apabila perlakuan tersebut diberikan kepada game yang tepat, bukan tidak mungkin jika game tersebut akan menarik untuk dinikmati generasi baru yang sama sekali belum pernah memainkannya.
Komedi Klasik yang Nyaris Tergilas oleh Waktu
Day of the Tentacle sendiri merupakan produk dari zaman kejayaan game adventure yang saat itu didominasi LucasArts, studio sekaligus penerbit game yang dikenal lewat Escape from Monkey Island, Grim Fandango, dan lainnya. Dikembangkan sebagai sekuel game berjudul Maniac Mansion, Day of the TentacleManiac Mansion yang konon sedikit lebih serius dibandingkan Day of the Tentacle.
Menariknya lagi, LucasArts saat itu juga membebaskan kreatornya untuk berbuat seliar mungkin dengan Day of the Tentacle. Kesempatan ini pun dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Tim Schafer dan Dave Grossman untuk menghasilkan game adventure yang jauh lebih gila dibandingkan Escape from Monkey Island. Hasilnya? Day of the Tentacle menjadi sebuah game adventure dengan cerita komedi yang begitu gemilang di masanya.
Sebagai sebuah game adventure, kualitas cerita jelas sangatlah perlu diperhatikan. Untuk itu di Day of the Tentacle, kita dihadapkan dalam sebuah aksi penyelamatan dunia yang cukup ganjil bersama tiga kawanan cupu: Bernard sang kutu buku, Hoagie si gemuk penggila musik metal yang melankolis, dan Laverne si gadis berkelakuan aneh.
Day of the Tentacle bermula ketika Bernard melakukan kesalahan fatal karena telah membebaskan sosok tentakel ungu dari laboratorium keluarga Fred (musuh dalam Maniac Mansion). Berbekal mesin waktu eksperimental buatan Dokter Fred, ketiganya lalu dikirim untuk memperbaiki situasi sebelum sang tentakel ungu meminum limbah beracun yang membuatnya bermutasi semakin jahat.
Masalah pun kemudian datang ketika mesin waktu yang mereka tumpangi ternyata diperkuat dengan berlian imitasi. Akhirnya tanpa sengaja, ketiganya pun terlempar di periode waktu yang berbeda. Bernard kembali di masa sekarang, Hoagie terlempar ke zaman kolonial Amerika, dan Laverne sendiri terdampar ke masa depan di mana kaum tentakel berhasil menguasai bumi.
Untuk sebuah game adventure dengan cerita petualangan lintas waktu yang klise, Day of the Tentacle tergolong sangat berbeda karena sang kreator menyelipkan banyak sekali dosis komedi di mana-mana. Hampir di setiap puzzle yang kamu hadapi akan membuatmu tersenyum melihat berbagai kekonyolan yang dihadapi Bernard, Hoagie, dan Laverne. Ini semua membuatmu tidak sabar untuk melihat apa lagi yang akan dilakukan tiga sekawan ini berikutnya untuk menyelamatkan dunia.
Walaupun guyonan cerdas yang mereka bawakan di beberapa bagian terkadang terasa basi (karena Day of the Tentacle dibuat di tahun 90-an), namun hal itu tidak perlu dipermasalahkan mengingat ada banyak komedi slapstick yang akan kamu jumpai di sini. Kamu hanya perlu duduk manis, berpikir, dan melahap setiap aksi konyol yang dilakukan trio ini di saat bertualang menyusuri tiga alur waktu yang berbeda.
Puzzle Kelas Menengah yang Memerlukan Ketelitian, Logika, dan Selera Humor Ringan
Meskipun cerita selalu menjadi inti yang penting dalam setiap game adventure, namun kita juga tidak boleh melupakan peran puzzle yang menyajikan tantangan bagi perkembangan progres bermain. Sama halnya dengan game adventure klasik seperti Grim Fandango, Day of the Tentacle memberikan kamu berbagai macam puzzle yang jauh lebih membutuhkan ketelitian dan logika pemain dibandingkan game adventure modern.
Tantangan puzzle dalam Day of the Tentacle mengharuskanmu untuk berpikir logis sejenak sambil mengamati situasi dan lingkungan di sekitar. Tugasmu adalah mengumpulkan berbagai macam benda dari ketiga era yang ada, lalu saling bertukar objek satu sama lain untuk memecahkan puzzle yang mereka hadapi di lingkungan masing-masing.
Uniknya, kamu juga dituntut berpikir dari sisi komedi untuk menyelesaikan objektif yang tidak dijelaskan secara terperinci, seperti bagaimana cara mencuri gigi seekor kuda yang bisa berbicara. Seandainya kamu tidak jeli membaca deskripsi objek buku ensiklopedi yang dari awal sudah dimiliki salah satu karakter, kamu mungkin tidak akan pernah tahu bahwa cara untuk mencuri gigi kuda tadi adalah membaca buku membosankan tersebut di hadapannya agar ia tertidur pulas, baru kemudian karaktermu bisa merampoknya.
Alur game adventure semacam ini jelas mungkin agak sedikit merepotkan bagi gamer yang terbiasa memainkan game modern dengan alur permainan yang terasa begitu mudah dan menjanjikan embel-embel percabangan cerita di mana-mana (uhuk… saya menunjuk Anda, Telltale Games). Walau sama-sama linear, namun Day of the Tentacle memberimu ruang gerak yang leluasa untuk mempelajari situasi dari masing-masing karakter, sehingga tak jarang kamu akan melakukan banyak sekali backtracking.
Pada intinya, Day of the Tentacle memiliki pola teka-teki yang lebih bersahabat dibandingkan game LucasArts lainnya, seperti Grim Fandango. Meskipun basis puzzle mengumpulkan objek dari permainan Day of the Tentacle kurang lebih mirip dengan Escape from Monkey Island, namun penyelesaian teka-teki game ini jauh lebih ringan berkat penggunaan tema modern dan logika puzzle yang mudah dicerna.
Tentakel Versi 2.0
Mirip dengan perlakuan remaster untuk game klasik Grim Fandango yang tahun lalu juga dilakukan oleh Double Fine Productions, Day of the Tentacle Remastered mendapatkan sejumlah restorasi grafis yang membuatnya cocok untuk dimainkan lagi di platform gaming modern.
Beberapa hal, seperti rasio layar yang kini semakin diperbesar dan transformasi grafis dari piksel menjadi seperti tayangan film kartun, membuat alur cerita Day of the Tentacle Remastered begitu apik untuk dilihat. Kamu bahkan juga diberikan fitur Audio Commentary untuk mendengarkan sedikit sejarah di balik pengerjaan tiap adegan Day of the Tentacle, lalu ada juga fitur lainnya seperti Achievement serta Concept Art yang menggoda untuk dikoleksi.
Dengan transformasi rasio layar dan grafis tadi, Double Fine Productions juga memperkenalkan desain antarmuka baru untuk mengganti tampilan menu klasik Day of the Tentacle yang dibuat menggunakan engine game SCUMM (Script Creation Utility for Maniac Mansion). Mirip seperti tampilan kursor dalam game Broken Age, di sini kamu mengeklik sebuah objek guna menampilkan beragam aksi yang tersedia untuk kamu lakukan di sana.
Mereka yang mungkin pernah bermain Day of the Tentacle di era komputer Windows 95 bahkan juga bisa bernostalgia kembali dengan grafis dan tampilan menu antarmuka SCUMM yang retro. Fitur satu ini bisa bebas diganti secara bolak-balik di menu utama dan memberikan kesan tersendiri bagi saya untuk mengingat kembali nuansa bermain Day of the Tentacle di komputer lama saya.
Kesimpulan
Dinilai secara keseluruhan, Day of the Tentacle Remastered jelas adalah sebuah game yang menarik untuk dimainkan kembali. Walaupun versi restorasi dari sebuah game lawas bukanlah sesuatu yang mudah untuk direkomendasikan, namun jika kamu mau memberinya kesempatan, maka Day of the Tentacle Remastered akan menghadirkan sebuah kisah petualangan lintas waktu yang menarik, klasik, dan cukup berkesan untuk dikenang di masa yang akan datang.
Sebagai salah satu pemain lama Day of the Tentacle (dan beberapa game adventure klasik LucasArts lainnya), saya sendiri merasa cukup puas dengan “reuni” singkat yang dibawakan Double Fine Productions lewat kehadiran versi remaster dari game ini di Steam.
Walau saya sudah menamatkan game ini sebelumnya, namun selalu saja saya menjumpai beberapa puzzle dengan penjelasan minimal yang memaksa saya untuk kembali membaca panduan walkthrough di internet. Ya, setidaknya lewat versi modern ini, saya tidak lagi harus berurusan dengan trik “buku manual” khusus yang wajib dipecahkan pemain untuk menghindari pembajakan game ini di masanya.
PlayStation Store Link (PS4): Day of the Tentacle Remastered, US$14,99 (sekitar Rp200.000)
PlayStation Store Link (PS Vita): Day of the Tentacle Remastered, US$14,99 (sekitar Rp200.000)
The post Review Day of the Tentacle Remastered – Kisah Klasik untuk Masa Depan appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar