Beragam cara ditempuh penerbit untuk mempromosikan game mereka. Mulai dari diskon, giveaway, hingga penawaran-penawaran menarik lainnya. Walau tidak sedikit yang sukses, beberapa dari kampanye marketing para penerbit besar ini ternyata malah terkesan gagal. Bahkan ada juga yang justru berpotensi untuk mencelakakan orang lain.
Walaupun masih banyak lagi kampanye marketing video game yang seluruhnya tidak dapat saya sebutkan satu per satu disini, tetapi saya telah memilih 10 kampanye marketing terburuk yang dilakukan para penerbit untuk mempromosikan game mereka.
EA: “Protes berbayar” di E3 – Dante’s Inferno
Ternyata pendemo bayaran tidak hanya ada pada pesta demokrasi sebuah negara. Pada acara E3 2009 yang diadakan di Los Angeles, AS, EA terpaksa membayar sekelompok orang untuk melakukan protes di E3. Alasannya karena massa dari kalangan gereja yang mereka harapkan datang untuk memprotes game ini tidak kunjung tiba.
Dipersenjatai dengan papan protes dan pengeras suara, para pendemo bayaran ini meneriakkan penolakan mereka terhadap Dante’s Inferno dan menuduh EA sebagai antikristus.
Dengan banyaknya referensi Kristen dan Lucifer dalam game ini, EA mengharapkan adanya publisitas yang akan mendongkrak popularitas Dante’s Inferno akibat protes masyarakat, terutama dari kalangan gereja. Sayangnya, hal ini tidak seperti yang EA harapkan.
Karena pendemo terlihat tidak meyakinkan, para hadirin E3 langsung dengan cepat mengetahui bahwa para pendemo tersebut adalah pendemo bayaran, yang akhirnya langsung menjadi bahan tertawaan dan bulan-bulanan.
Bethesda: Namai bayimu “Dovahkiin” – The Elder Scrolls V: Skyrim
Momen kelahiran si kecil adalah salah satu momen paling bahagia dalam keluarga. Akan tetapi yang dilakukan oleh pasangan suami istri Eric dan Megan Kellermeyer ini mungkin tidak lazim bagi sebagian besar orang.
Lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal peluncuran game buatan Bethesda, The Elder Scrolls V: Skyrim, yakni pada tanggal 11 November 2011, pasangan itu memberi nama Dovahkiin Tom Kellermeyer pada anaknya. Penamaan ini bukan semata-mata keinginan pasangan suami istri tersebut. Sayembara Bethesda lah yang membuat mereka memberanikan diri menjawab tantangan penerbit Elder Scrolls dan Fallout ini.
Awal Januari 2011, Bethesda mengumumkan sebuah sayembara untuk para fan Elder Scrolls dengan hadiah judul game gratis dari ZeniMax/ Bethesda. Selamanya! Ya, Bethesda/ ZeniMax memberikan game gratis untuk mereka yang memberikan nama Dovahkiin pada anak yang lahir di tanggal 11 November 2011.
Hanya fan berat seri Elder Scrolls yang bisa memenuhinya. Saya membayangkan ketika sang anak sudah dewasa dan orang tuanya menyuruhnya sekolah, “Ayo sekolah, Dovahkiin!” Dan ia menjawab, “FUS RO DAH!!!” Ini seperti Elder Scrolls Skyrim dalam dunia nyata.
EA: Takut-takuti orang tuamu! – Dead Space 2
Pada dasarnya, Dead Space 2 adalah sebuah game horor yang mengombinasikan antara alien dan zombi, dengan sedikit bumbu Necromorph dalam sebuah latar fiksi ilmiah. Karena tampilannya yang sangat vulgar dan penuh kekerasan, EA memutuskan untuk mencoba pendekatan yang berbeda dalam mempromosikan game mereka ini.
EA menjalankan sebuah kampanye yang melibatkan sedikitnya 200 wanita paruh baya. Ada yang belum pernah memainkan video game, dan ada juga yang hanya punya sedikit pengalaman dengan game. Mereka kemudian diperlihatkan potongan-potongan adegan yang ada dalam Dead Space 2 dan direkam reaksinya. Video-video ini diunggah dengan judul Your Mom Hates Dead Space 2.
Seperti yang telah diduga sebelumnya, kampanye ini ternyata menuai beberapa kontroversi. Salah satunya berkaitan dengan stereotip orang tua yang menentang video game, terutama yang isinya penuh dengan kekerasan. Kampanye ini juga sekaligus membuktikan bahwa Dead Space 2 bukanlah game yang cocok untuk para orang tua.
Terlepas dari kontroversi tersebut, video dari kampanye ini cukup viral di internet dan Dead Space 2 berhasil terjual laris.
SEGA: Slogan “Genesis Does What Nintendon’t” – SEGA Genesis
Perang 16-bit adalah salah satu perang konsol paling sengit sepanjang sejarah video game yang melibatkan SEGA dan Nintendo. Kali ini SEGA lah yang pertama kali menabuh genderang perang dengan kampanye marketing mereka, Genesis does what Nintendon’t.
Kampanye ini mempromosikan fitur unik SEGA Genesis yang bernama Blast Processing, yang mereka klaim dapat menjalankan game-game lebih baik dan lebih cepat di Genesis dibandingkan dengan sang kompetitor—walaupun pihak Nintend menganggap bahwa Blast Processing hanyalah jargon marketing semata.
Kini, Blast Processing dianggap sebagai lelucon di masa lalu yang dilontarkan SEGA dalam upayanya mematahkan dominasi Nintendo yang saat itu sedang sangat sukses. Sekarang, konsol SEGA telah tiada, dan Nintendo dapat membalikkan pernyataan tersebut dengan berkata, “SEGA doesn’t what Nintendoes.”
Microsoft: Iklan “Live is Short, Play More” – Microsoft Xbox
Walau kini posisinya telah mantap di puncak persaingan konsol video game, tidak banyak yang mengetahui bahwa Microsoft juga pernah mengalami pahitnya perjuangan di awal debutnya memasuki industri konsol.
Hadir di kala PlayStation 2 sedang mendominasi pasar, Microsoft berusaha untuk membuat iklan televisi untuk memasarkan Xbox di Inggris. Iklan ini menampilkan proses persalinan. Sang bayi terpental dan terbang layaknya roket ke udara, menghantam jendela, dan menua hingga akhirnya masuk kembali ke liang lahat. Microsoft dalam iklan ini berusaha menyampaikan bahwa hidupmu terlalu singkat untuk tidak bermain game—tentunya bermain video game dengan Xbox.
Saya mengakui bahwa iklan ini cukup kreatif, tetapi masyarakat Inggris tidak sepaham dengan saya dan mengajukan sejumlah komplain yang meminta supaya iklan tersebut ditarik dari peredaran. Mereka menolak iklan Xbox ini karena dianggap mengandung konten yang ofensif serta terlalu vulgar. Walaupun harus ditarik hak tayangnya di televisi Inggris, iklan ini masih tetap ditayangkan di internet dan bioskop.
Sony: Kampanye rasis PSP – PlayStation Portable
Apa jadinya apabila sebuah raksasa video game ternyata melakukan kampanye yang menyuarakan rasisme terselubung? Ya, hal inilah yang dilakukan Sony ketika mereka mempromosikan konsol portabel mereka, PlayStation Portable (PSP).
Setelah menuai sukses dengan kedua konsol mereka, PlayStation dan PlayStation 2, kali ini Sony merambah ke ranah konsol portabel—yang sebelumnya telah lebih dahulu dikuasai oleh Nintendo DS. Sayangnya, terlepas dari kesuksesan mereka di dua konsol sebelumnya, penjualan PSP tidak dapat menandingi NDS.
Dalam sebuah kampanye marketing mereka di Belanda, Sony memasang sebuah billboard yang dianggap menyerang etnis tertentu. Slogan “White is Coming” pada billboard yang dimaksudkan untuk mempromosikan warna baru PSP menuai kecaman keras dari publik. Billboard ini menggambarkan seorang wanita kulit putih yang sedang mencekik seorang wanita kulit hitam—konsep yang tidak melalui pemikiran panjang dari tim marketing mereka.
Pemasangan billboard kontroversial sebagai upaya marketing mereka ini gagal total, begitu juga dengan pertempuran PSP dengan Nintendo DS.
Ubisoft: Kiriman paket misterius – Watch Dogs
Sejak pertama kali tampil di depan publik pada E3 2012, Watch Dogs telah berhasil membuat para gamer jatuh cinta dengan gameplay yang unik, misi yang variatif, keleluasaan tanpa batas, serta kualitas grafis yang luar biasa. Akan tetapi setelah dua tahun pengembangannya, versi ritel yang diluncurkan ternyata jauh dari harapan para gamer dari versi E3 2012.Ubisoft kalang kabut melihat angka penjualan yang tak kunjung naik akibat review yang buruk terhadap game ini.
Ini yang membuat tim marketing Ubisoft memutar otak dan berusaha memperbaiki opini para reviewer tentang Watch Dogs dengan memberikan mereka tablet Nexus 7 gratis. Ternyata upaya mereka ini juga tidak membuahkan hasil. Sebaliknya, langkah ini malah membuat mereka jadi bulan-bulanan media karena dianggap telah “menyogok” para reviewer.
Ternyata upaya tim marketing Ubisoft belum usai. Setelah kegagalan “tablet giveaway” yang lalu, Ubisoft mengirimkan brankas hitam misterius ke kantor Ninemsn di tengah kota Sydney, Australia. Sudah dapat dipastikan bahwa kotak hitam ini akan mengundang kecurigaan, terlebih paket brankas tersebut dikirimkan tanpa ada kabar berita dari manapun.
Semua orang panik ketika brankas tersebut mulai berdetik. Seluruh karyawan dipulangkan dan regu penjinak bom segera dikerahkan untuk memindahkan brankas tersebut ke tempat yang aman. Brankas tersebut sengaja diamankan untuk nantinya dijinakkan. Setelah beberapa jam yang menegangkan, akhirnya brankas tersebut dijebol untuk mengetahui isinya—yang terdiri dari game Watch Dogs, kupluk, dan topi.
Kerja luar biasa untuk membuat orang-orang panik, Ubisoft…
Square Enix: Aplikasi “Assassinate Your Friend” – Hitman Absolution
Ketika Square Enix mengakuisisi Eidos saat masih menjadi publisher dari seri Hitman tahun 2009 silam, saya mengharapkan hal-hal besar yang akan terjadi. Square Enix berhasil membawa warna baru ke seri ini dengan memberikannya nuansa action serta integrasi media sosial untuk menjangkau pasar lebih luas.
Sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk game ini memungkinkan pemain untuk “membunuh” teman mereka. Tenang, ini bukan membunuh dalam artian sebenarnya—walau terdengar cukup kontroversial. Permasalahan muncul ketika aplikasi ini digunakan sebagai fasilitas bullying.
Square Enix kemudian melihat permasalahan ini dan menarik peredaran aplikasi tersebut dari peredaran. Sungguh bukan langkah yang tepat untuk mempromosikan game yang menurut kami tidak membutuhkan marketing stunt seperti ini. Karena seri Hitman sendiri telah memiliki fanbase yang cukup besar.
EA: Bensin gratis di tengah jam sibuk – Mercenaries 2: World in Flames
EA sebagai penerbit dari game Mercenaries 2: World in Flames mempromosikan game mereka dengan membagikan bensin gratis senilai £20.000 (sekitar Rp390 juta) di kota London, Inggris. Sekilas, promosi ini terlihat cukup menarik—bahkan bagi mereka yang tidak bermain video game sekalipun. Akan tetapi apa yang terjadi ternyata di luar perkiraan mereka.
Kampanye marketing ini menyebabkan kemacetan parah di kota London, yang diakibatkan oleh para pengendara mobil dan motor yang mengantre demi mendapatkan bensin gratis. Kekacauan tersebut bahkan mendapat kecaman dari anggota parlemen Inggris Lynne Featherstone, yang menyebut bahwa promosi ini sebagai upaya yang tidak bertanggung jawab dan berpotensi menimbulkan bahaya.
“Sementara beberapa pengendara yang beruntung berhasil mendapatkan bensin gratis, pengendara lainnya justru harus terjebak kemacetan yang mengacaukan hari mereka,” ujar Lynne. “Mereka (EA) harus meminta maaf kepada para pengendara yang terkena dampak dari marketing stunt ini,” lanjutnya.
Kekacauan dimulai sejak pukul 06.30 pagi dan menjadi semakin parah ketika jam sibuk dimulai. Cara yang baik untuk memulai hari, EA…
Acclaim: Reimburse uang tilang – Burnout 2
Kampanye ini adalah yang terburuk dari yang terburuk menurut saya, karena mendukung masyarakat untuk melakukan tindakan yang berpotensi membahayakan keselamatan orang lain.
Tim marketing Acclaim mungkin sudah kehilangan akal sehat mereka ketika mencetuskan ide tentang promosi Burnout 2. Kampanye ini secara tidak langsung memicu seseorang untuk ngebut di jalan, dengan mengklaim bahwa mereka akan reimburse uang tilang apabila ada pengendara yang tertangkap aparat karena melanggar batas kecepatan.
Tentu saja, banyak dari masyarakat yang mendengar kampanye ini melakukan seperti apa yang Acclaim harapkan. Namun sayang, Burnout 2 ternyata tidak terlalu meledak di pasaran. Burnout adalah seri game yang sudah cukup menarik, dan marketing stunt seperti ini saya anggap tidak perlu untuk dilakukan.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post 10 Kampanye Marketing Terburuk dalam Sejarah Video Game appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar