Limakilo, salah satu dari lima startup pertanian yang terlibat dalam Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat, menerima pendanaan tahap awal (seed funding) dari East Ventures1 dengan nilai yang tidak disebutkan.
Co-Founder Limakilo Walesa Danto mengatakan kepada Tech in Asia, sebagian besar dari pendanaan ini akan digunakan untuk peningkatan produksi dan kualitas petani mitra mereka. Ini dilakukan melalui implementasi aplikasi yang memudahkan Limakilo mengelola penjadwalan panen dan monitoring proses penanaman petani.
“Tantangan tersendiri bagi kami untuk mengimplementasikan teknologi yang tepat dan tidak membuat petani merasa kewalahan dengan teknologi,” ucap Walesa.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Limakilo akan melakukan pelatihan aplikasi kepada petani yang tergabung di mitra gabungan kelompok tani (gapoktan). Tahun ini Limakilo juga menargetkan kemitraan dengan lebih banyak petani dan ekspansi market di luar Jakarta.
Sebelumnya Limakilo masih menjalankan operasional secara bootstrapping (menggunakan modal pribadi) hingga di tahap prototyping dan beta release pada November 2015, sekitar sebulan setelah terpilih sebagai salah satu pemenang Hackathon Merdeka 1.0.
Limakilo sendiri baru beroperasi secara penuh pada Februari 2016. Pada bulan yang sama, Limakilo masuk ke tahap Grand Final Mandiri Hackathon bersama sembilan finalis lainnya.
Menghilangkan peran tengkulak
Visi dari Limakilo adalah menghilangkan peran tengkulak dalam distribusi bahan pangan. Melalui layanannya, Limakilo berharap dapat mengefisienkan pola distribusi produk pertanian karena pembeli dan petani bisa dipertemukan langsung.
Tidak hanya itu, sifat hasil pertanian yang tidak tahan lama dan tidak dapat diproduksi setiap saat membuat petani membutuhkan tempat khusus. Sayangnya, masih sedikit sekali petani yang menjual hasil panennya secara online, baik menggunakan e-commerce maupun marketplace yang sudah ada. Di sini lah Limakilo hadir sebagai solusi bagi petani.
Dimulai dengan komoditas bawang merah dan melayani area Jakarta yang memiliki potensi konsumsi bawang merah di kisaran 700 hingga 1.000 ton per bulan (sekitar dua persen dari total konsumsi nasional), kini Limakilo telah bermitra dengan lebih dari 15 petani yang berasal dari Brebes, Bandung, dan Jogja.
Walesa mengatakan kalau Limakilo ingin menjawab masalah ketidakstabilan harga komoditas di Indonesia. Karena baik petani maupun konsumen dirugikan dengan banyaknya tengkulak di antara keduanya.
“Yang terjadi saat ini adalah harga di petani sangat rendah sedangkan di level konsumen harganya terus naik. Untuk komoditas bawang merah, misalnya, kenaikan harga dari petani ke konsumen bisa mencapai 80 persen,” ungkap Walesa.
Ambisi membuka data agrikultur
Walesa menambahkan, saat ini Limakilo sedang mengerjakan kebun R&D (litbang) yang terintegrasi dengan sistem mereka. Tujuannya agar data dan informasi pengelolaan penanaman dapat terhubung secara digital.
“Mulai dari waktu pertama tanam, luas lahan, nama petani pengelola, jumlah kebutuhan pupuk dan insektisida, sampai neraca keuangan penanaman nantinya bisa kami kumpulkan datanya,” ujar Walesa.
Menurutnya, kondisi data agrikultur saat ini masih minim informasi. Hanya informasi jumlah panen dan harga pasar saja—yang datanya diambil oleh surveyor dari pihak pemerintah—yang bisa diakses oleh publik.
Kami ingin data ini terekam dan bisa kami buka sebagai API untuk bisa diakses developer lain. Mungkin mengadakan hackathon agriculture dengan data kami akan jadi hal yang menarik.
Yakin realisasikan visi
Tim Limakilo mengaku memiliki visi untuk mengembangkan aplikasinya, dari sebuah startup technology menjadi social enterprise yang seiring dengan perkembangannya bisa memberi manfaat kepada petani.
Walesa yakin visi tersebut dapat direalisasikan, terlebih karena co-founder Limakilo semuanya berasal dari daerah yang sangat dekat dengan pertanian. Sehingga secara natural, startup ini bisa dengan mudah berkolaborasi dengan petani dan mengimplementasikan teknologi dengan pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah mereka.
Tampaknya alasan inilah yang menarik perhatian East Ventures untuk mengucurkan pendanaan. Menurut Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, ia telah memantau Limakilo sejak Hackathon yang diadakan tahun lalu. Ia melihat tim Limakilo berkembang dengan positif. Tim yang solid ditambah eksekusi yang cepat dan tepat sasaran. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan bisnis Limakilo
“Sejalan dengan visi dan fokus East Ventures untuk berinvestasi di kategori agriculture technology dan pertanian, tim Limakilo juga membuktikan kalau ada juga peserta Hackathon yang bisa menjadi bisnis yang sustainable and investible,” paparnya.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
- Keterangan: East Ventures juga menanamkan investasi di Tech in Asia. Baca halaman etika kami untuk informasi lebih lanjut.↩
The post Pecahkan Isu Agrikultur dengan Teknologi, Limakilo Raih Investasi appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar