Blogger templates

Senin, 21 Maret 2016

7 Tip Menjadi Seorang Superboss yang Dapat Kamu Pelajari dari Buku ini

Julian Robertson, seorang ahli hedge fund (sebuah produk keuangan berupa kontrak investasi kolektif), merupakan salah satu investor paling tersohor pada tahun ‘90-an. Namun nilai investasinya terus merosot pada era booming-nya dotcom, sebab ia kerap melakukan short-selling (menjual saham yang belum dimiliki) saham-saham yang terlalu tinggi atau overvalued dan berharap agar nilainya melonjak tajam pada periode tersebut.


Ia menutup layanan keuangannya yang bernama Tiger Management dan mengembalikan semua modal kepada para investor. Meski demikian, ia begitu yakin terhadap metodenya dan menaruh kepercayaan tinggi kepada para pegawai muda yang bekerja untuknya. Pada tahun 2000, ia mempercayakan uang sebesar US$25 juta (sekitar Rp324 miliar) kepada salah seorang pegawainya sebagai dana awal. Itulah awal mula berdirinya Tiger Global Management.


Chase Coleman, yang berusia 25 tahun kala ia menerima cek senilai US$25 juta tersebut, mengaku bahwa awalnya ia merasa ragu—mengingat saat itu ia masih minim pengalaman. Namun di sisi lain ia juga “sangat menghargai bahwa ada seseorang yang punya tingkat kepercayaan setinggi itu padanya.” Saat ini, Tiger Global merupakan salah satu hedge fund terbesar dengan kinerja keuangan terbaik di dunia.


Bukan hanya Tiger Global yang ditanami modal awal oleh Julian. Pada 2015, 30 “tiger seed,” yaitu hedge fund yang mendapat pendanaan seed dari Tiger Global, mengolah aset senilai US$32 miliar (sekitar Rp415 triliun).


“Rasanya darah muda kembali mengalir dalam tubuh saya,” tutur Julian yang tiga bulan lagi akan beranjak usia 84. “Rasanya sungguh menyenangkan.”


Sydney Finklestein, seorang profesor di Tuck School of Business, mengisahkan sekelumit wawancara dengan Julian Robertson dan Chase Coleman dalam buku terbarunya yang berjudul Superbosses: How Exceptional Leaders Master the Flow of Talent yang baru saja terbit bulan lalu. Julian Robertson mengawali satu dari tujuh kisah menarik lainnya dalam buku ini yang menjelaskan apa yang membuat seorang superboss berbeda.


Baca juga: 12 Buku Favorit Para Founder Startup Indonesia



1. Mencari bakat terpendam


leader-superbosses-ace-750x445


Mengapa Julian Robertson berani mempertaruhkan uang senilai US$25 juta pada Chase Coleman yang saat itu masih belum berpengalaman? Apakah ia semata-mata hanya mengandalkan insting? Sydney Finklestein berpendapat bahwa alasannya bukan hanya itu.


Seorang superboss akan berbicara langsung dengan orang-orang yang bekerja bersamanya untuk mengenal mereka lebih jauh. Ada tujuan yang melatari hal ini, yakni menggali peluang. “Sama halnya ketika superboss mencari peluang bisnis yang menggiurkan, ia juga mencari seseorang dalam perusahaannya yang siap untuk menerima tantangan dan tanggung jawab yang lebih tinggi,” tulis Sydney.


Superboss tak memandang batasan stereotip seperti usia, latar belakang, ataupun kedudukan mereka dalam perusahaan. Superboss memberi kesempatan kepada setiap orang, mengamati sikap mereka terhadap peluang yang diberikan, serta menggali potensi mereka—meskipun para pegawai tersebut awalnya ragu, seperti Chase Coleman ketika ia tiba-tiba diminta untuk mengelola US$25 juta.


2. Mampu mencari pegawai yang tepat


hiring-network-zenradius-720x438


Bukan hanya soal kualifikasi, superboss juga mencari “sesuatu yang spesial” pada diri calon pegawai mereka. Seperti yang dikatakan oleh pendiri Oracle, Larry Ellison, salah satu superboss yang profilnya terpampang dalam buku ini, mengatakan:


Kami memang mencari orang-orang dengan bakat yang mumpuni dalam bidang matematika, fisika, serta musik (yang mana erat kaitannya dengan matematika). Namun mereka pun harus mampu menentukan langkah dan strategi yang tepat bagi perusahaan.



Alice Waters, koki asal AS yang menginisiasi gerakan farm-to-table, punya gambaran jelas mengenai masakan seperti apa yang ingin ia hidangkan di restoran Chez Panisse miliknya di Berkeley. Koki pertama yang ia pekerjakan merupakan mahasiswa jurusan filsafat tanpa pengalaman di bidang kuliner.


Namun, demonstrasi serta penjelasan makanan yang diperagakannya telah cukup untuk meyakinkan Alice, bahwa mahasiswa tersebut punya sesuatu yang ia cari.


Baca juga: Kesuksesan Akademis Bukanlah Segalanya, 5 Founder Teknologi ini Telah Membuktikannya


3. Mengadopsikan pekerjaan kepada pegawai, bukan sebaliknya


yoga-flexible-750x380


Banyak manajer hebat yang mengharapkan agar pegawai baru mampu beradaptasi dengan perusahaannya. Superboss, di sisi lain, ingin agar perusahaannya dapat beradaptasi dan menghasilkan talenta-talenta terbaik.


Pernah suatu ketika Ralph Lauren, seorang perancang busana, menghampiri seorang wanita di sebuah restoran dan menawarinya pekerjaan hanya karena ia menyukai pakaian yang dikenakan wanita tersebut. Wanita itu menjadi sumber inspirasi serta contoh busananya atas bakat alaminya dalam berpakaian, meski tak ada titel khusus baginya selama empat tahun pertama ia bekerja.


Pendekatan semacam itu “memerlukan keluwesan, sekaligus kesediaan untuk sedikit mengendurkan kendali atas tim,” tulis Sydney.


Bill Walsh, pelatih olahraga American footbal, misalnya, meminta asistennya untuk mempelajari kemampuan anggota tim mereka dan mengadaptasikan permainan sesuai bakatnya masing-masing. Sehingga, para pelatih harus mencari tahu seperti apa kemampuan terbaik para pemainnya, alih-alih meminta tiap pemain untuk menjalani strategi yang sudah disiapkan.


4. Memberi kesempatan kepada orang lain


night-sky-stars-750x415


Apa perbedaan antara Tuhan dan Larry Ellison? Tuhan tahu bahwa Ia bukanlah Larry Ellison.



Sydney menyisipkan lelucon lama ini untuk menunjukkan kemampuan penilaian diri yang dirasakan oleh superboss—walaupun banyak dari mereka yang bersikap jauh lebih rendah hati dari Larry sang pendiri Oracle. Tak seperti manajer kebanyakan, mereka tidak ragu untuk mempekerjakan atau mempromosikan pegawai yang lebih terampil dibanding diri mereka.


Superboss senang mendapat tantangan dari pegawai yang baru, apalagi jika tantangan tersebut berasal dari pemikiran yang orisinal,” tulis Sydney.


Contohnya, tulis Sydney, yaitu Miles Davis yang diundang oleh John Coltrane untuk bergabung dengan band jaznya. Alih-alih terancam oleh popularitas Coltrane yang kian menanjak, Miles justru senang dengan pengaruh musik yang dibawa oleh John terhadap band-nya.


Baca juga: 20 Kebiasaan Founder Startup Indonesia Untuk Menunjang Produktivitas Bekerja


5. Mengikis rasa takut akan kegagalan


accident-failure-failed-startups-720x418


Ada satu alasan mengapa banyak individu di lingkungan kerja jarang menyumbang gagasan baru. Mereka takut diberi label kurang kompeten atau tak becus jika berbuat kesalahan. Superboss, tulis Sydney, memandang kesalahan sebagai batu loncatan menuju kesuksesan—kesalahan adalah peluang untuk meraih perbaikan.


Roger Corman, produser dan sutradara film yang mengorbitkan beberapa aktor kenamaan Hollywood seperti Robert de Niro dan Jack Nicholson, memberi mereka kesempatan untuk berimprovisasi di depan kamera. Roger memilih mereka karena bakatnya, sehingga ia ingin agar mereka mengekspresikannya.


Berkat itu pula lah Jack Nicholson berkembang menjadi aktor seperti yang kita kenal saat ini. Pantas saja Jack tak mampu membendung air matanya dalam video wawancara tatkala ia membicarakan sosok Roger Corman.


“Bagi saya ia adalah segalanya,” ungkap Jack Nicholson. “Dan semoga ia tahu kalau saya bersungguh-sungguh mengatakan hal itu.”


6. Bahu-membahu dalam pekerjaan


kittens-cat-team-work-750x417


Anehnya, meski pun seorang superboss tak suka jika ia harus terus-menerus mengawasi bawahannya, namun ia rela melibatkan diri dan menyelesaikan masalah pekerjaan bersama mereka. Tak ada yang namanya hierarki ataupun rapat formal.


Superboss berinteraksi secara informal dan tak mengenal sekat dengan para pegawainya. Namun para bawahannya juga harus membalas kebaikan superboss dengan cara menyumbang gagasan yang baru. Pelajaran yang mereka dapat dalam interaksi ini akan terus mereka kenang semasa hidupnya.


Manager hedge fund yang pernah bekerja untuk Julian Robertson mengungkapkan kepada Sydney seperti apa pengaruh yang ia rasakan—meski ia sudah tak lagi bekerja bersama Julian—manakala ia mengambil keputusan investasi yang dirasa kurang tepat:


Pesan Julian kembali terngiang dalam benak saya: ‘Hey kawan, jangan kamu lakukan itu, coba pikirkan dulu baik-baik, tunggu selama satu minggu, dan lihat apa keputusanmu masih sama.’ Saya pun menunggu selama seminggu, kemudian mengutuk diri saya. ‘Bodoh, bisa-bisanya saya berpikir untuk melakukannya.’



7. Visi yang jelas


binoculars-720x399


Alice Waters berlibur ke Perancis. Sekembalinya ke AS, ia sudah punya gambaran yang jelas mengenai makanan yang ingin ia sajikan di restorannya: Bahan makanannya harus segar, sedang dalam puncak panen, dan dari sumber lokal—meski itu artinya ia harus mengubah menu hidangannya secara berkala.


Roger Corman berkomitmen untuk membuat film sebaik mungkin dengan bujet yang rendah, meski ada beberapa filmnya yang mendapat penilaian buruk.


Julian Robertson tetap berpegang teguh pada prinsipnya mengenai nilai investasi, terlepas dari kerugian masif yang diderita perusahaannya selama booming dotcom.


Superboss fokus pada tujuan yang biasanya lebih sederhana ketimbang seabrek tujuan yang dicanangkan oleh perusahaan kebanyakan. Dan hal tersebut menjalar pada semua orang yang bekerja bersamanya.


“Di banyak perusahaan, alasan mengapa orang-orang bekerja sirna seiring ketika mereka fokus terhadap metrik performa,” tulis Sidney. Metrik hanya berlaku dan bermakna bagi tim jika visi dan tujuan perusahaan jelas.



Superbosses-by-Sydney-Finkelstein--678x1024


Itu baru sebagian hal dalam buku ini yang dapat kita pelajari mengenai rahasia kesuksesan superboss. Masih banyak pelajaran bermanfaat lainnya yang dapat kita terapkan dalam pekerjaan kita sehari-hari.


Diperlukan pikiran yang terbuka dan kemauan tinggi untuk mencoba, sebab banyak hal yang dilakukan superboss yang bertentangan dengan paradigma kita selama ini. Dan itu lah hal utama yang kita pelajari dari beberapa superboss yang ditampilkan serta dianalisis dalam buku kepemimpinan karya profesor Tuck ini.


Baca juga: 24 Buku Mengenai Startup dan Entrepreneur yang Wajib Dibaca Tahun Ini


(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)


The post 7 Tip Menjadi Seorang Superboss yang Dapat Kamu Pelajari dari Buku ini appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar