[REVIEW] Huawei Watch, Hampir Membuat Saya Kepincut dengan Smartwatch
Kalau harus jujur, saya bukanlah penggemar berat smartwatch atau jam tangan pintar. Fungsinya terbatas, daya tahan baterainya rata-rata, dan desainnya yang tanggung sudah cukup menjadi alasan bahwa tren perangkat wearable ini membuat saya kurang antusias.
Namun, jika gadget ini tidak datang dari produsen yang itu-itu saja, mungkin antusiasme saya dapat sedikit terangkat. Huawei dikenal dengan gadget-nya yang “keren namun terjangkau” dan jarang menelurkan perangkat mewah. Lagipula reputasi mereka dalam hal itu telah “dibajak” oleh vendor lain seperti Xiaomi dan OnePlus.
Jadi, kalau kamu jarang mengikuti berita teknologi dan tak tahu produk Huawei seperti smartphone Nexus 6P, mungkin kabar rilisnya smartwatch Huawei ini akan membuatmu sedikit terkejut.
Baca juga: TukarUntung, Cara Huawei Membuntuti Jejak Sukses Penjualan Online Xiaomi?
Tampilannya memukau
Berbicara soal jam tangan pintar, saya lebih tertarik pada desain membulat seperti Moto 360, Samsung Gear S2, dan Huawei Watch yang saya review ini. Menurut pendapat pribadi saya, gadget dengan desain seperti itulah yang biasa dipakai oleh orang dewasa ketimbang desain persegi seperti juga pada Samsung Gear S dan Asus ZenWatch. Bahkan Apple Watch, yang dimensinya lebih tipis, tak mampu menarik perhatian saya.
Apa yang dilakukan Huawei dengan smartwatch terbarunya adalah menciptakan aksesori layaknya gadget. Selama sekitar satu minggu saya mengenakannya, Huawei Watch berhasil mengelabui orang lain yang menganggapnya sebagai jam tangan biasa, namun mereka penasaran juga saat saya sesekali memeriksa notifikasi atau hal lainnya.
Bodi dengan bahan logam anti karatnya cukup tangguh dan ringan saat dikenakan. Dengan diameter 42 mm dan ketebalan 11,3 mm, jam tangan pintar ini terlihat mirip dengan jam tangan yang biasa saya kenakan. Meski saya tetap merasakan kehadirannya di pergelangan tangan saya, jam tangan pintar ini nyaman dikenakan, walau sembari mengetik.
Desainnya mengadopsi jam tangan pria, dan mungkin terlalu besar untuk pergelangan tangan perempuan. Mungkin karena alasan itulah Huawei berencana untuk mengumumkan kemunculan smartwatch khusus kaum hawa pada perhelatan CES tahun depan, bersamaan dengan pengumuman suksesor smartwatch mereka saat ini.
Rasanya masih jauh untuk menciptakan desain jam tangan pintar universal yang cocok digunakan baik oleh pria maupun wanita. Terlepas dari ketidaktertarikan saya, Apple Watch menangkap peluang tersebut.
Baca juga: HTC dan Masa Kejayaannya yang Terlalu Dini dan Singkat [INFOGRAFIS]
Warna yang nyentrik
Huawei Watch dilengkapi layar 1,4 inci dengan teknologi AMOLED yang menyuguhkan resolusi 400 x 400 piksel dan kedalaman 286 ppi. Ini menjadikannya jam tangan pintar dengan tampilan paling wah yang beredar di pasaran saat ini.
Kombinasi warna nan kaya dan hidup berimbas pada tampilan layarnya yang terlihat tajam lagi memukau. Tampilan ini membuat antarmuka ala Google Now milik Android Wear terlihat sesuai dengan apa yang diinginkan Google. Namun yang paling penting, ini artinya smartwatch lain sedang menghadapi pesaing yang keren. Jika Moto 360 menyisakan sedikit bar hitam di dasar layarnya, Huawei Watch memanfaatkan seluruh permukaan layarnya untuk menampilkan keunggulannya.
Perlu dicatat, layarnya tak mati saat kamu tidak sedang menggunakannya, namun beralih ke mode “running).” Ini menampilkan _watchface dan notifikasi dengan versi yang lebih sederhana. Dengan begini, kamu bisa melirik pukul berapa sekarang. Kamu juga bisa kembali beralih ke mode smartwatch hanya dengan mengangkat lenganmu hingga sejajar dengan dada, seperti saat kamu melihat jam di lenganmu saja.
Layarnya dilapisi kristal safir, menjadikannya tahan terhadap goresan dan tak mudah lecet. Saya memang tidak membantingnya ke dinding, namun saya tipe orang yang ceroboh dan seringkali secara tak sengaja membenturkan jam tangan pada benda-benda yang ada di dalam rumah saya, dan smartwatch ini mampu bertahan seminggu tanpa sedikitpun tergores. Jadi, meski gadget ini termasuk ke dalam aksesori sporty, kamu tak khawatir dengan ketangguhan kacanya.
Jam tangan pintar ini juga tahan air, karena telah mengantongi sertifikat IP67. Jadi kamu tak perlu repot harus melindunginya saat kehujanan, atau melepasnya ketika sedang mencuci tangan. Namun, sebaiknya dilepas saat kamu berenang.
Smartwatch yang saya tes ini hadir dengan tali pengikat berbahan logam yang mempertegas kesan mewahnya. Ada juga tali pengikat berbahan kulit dan semi logam yang terlihat sama kerennya.
Huawei Watch memiliki tombol bulat (crown) di pinggirannya, yang semakin membuatnya terlihat seperti jam tangan sungguhan. Namun fungsinya hanya sekadar untuk menyalakan dan mematikan layar smartwatch. Tak ada fungsi digital seperti crown yang tersemat pada Apple Watch atau bezel Gear S2 yang dapat diputar.
Mengintip jeroannya
Mari kita masuk ke dapur pacunya. Huawei Watch ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 400 dengan clock speed 1,2 GHz, RAM 512 MB, dan penyimpanan internal sebesar 4GB. Spesifikasi tersebut hampir mirip dengan smartwatch yang lain, dan OS Google Android Wear berjalan memuaskan di gadget yang satu ini.
Ada sedikit lag saat saya membuka aplikasi atau menutup notifikasi, namun saya ragu apakah hardware atau software-nya yang menjadi penyebab. Tentu saja gadget ini juga dilengkapi sensor gyroscope, barometer, dan fungsi getar.
Dengan kapasitas baterai 300 mAh, smartwatch ini dapat menemani kamu hingga satu setengah hari ke depan, tentu dengan pemakaian normal. Saya menggunakannya hampir sepanjang hari, mengatur kecerahan layar pada level maksimum. Biasanya dengan begitu, baterai akan benar-benar habis pada keesokan sore harinya.
Pengisi dayanya terhubung ke konektor empat pin yang terdapat pada bagian belakang jam. Ini menghasilkan bunyi yang asyik terdengar saat charger menempel. Saya kerap gagal mengecas. Dari lima kali usaha saya mengecasnya, jam tangan pintar ini hanya berhasil tersambung satu kali. Sehingga saya harus menggoyang-goyangkan konektornya sedikit supaya tersambung.
Saat berhasil terhubung, proses pengisian dayanya memakan waktu satu jam hingga gadget terisi penuh. Sayang sekali, gadget ini belum mendukung fitur pengisian daya nirkabel.
Siap menjalankan rutinitas
Jadi, apa saja yang bisa dilakukan dengan gadget ini? Saya menggunakannya untuk membaca e-mail, melakukan atau menerima panggilan telepon, dan memeriksa notifikasi pesan teks; saya dapat membuka Kartu Google Now untuk update informasi cuaca dan lalu lintas, saya menghubungkannya dengan Google Fit untuk melacak aktivitas berolahraga, dan tak lupa mengatur daftar musik favorit.
Tentu saja, untuk menjalankan semua fungsi yang saya sebutkan tadi, gadget ini wajib tersambung ke ponsel kamu via bluetooth. Huawei juga dilengkapi koneksi Wi-Fi, jadi kamu bisa saja meninggalkan ponsel kamu, misalnya di kamar teman, dan kamu masih tetap dapat menerima notifikasi.
Sama seperti smartwatch yang lain, Huawei Watch menyertakan fitur kebugaran dan kesehatan. Pemantau detak jantung berfungsi dengan semestinya, sedangkan aplikasi bawaannya dapat menghitung langkah kaki, memantau hasil olahraga kamu, dan masih banyak lagi. Kedua aplikasi tersebut di rancang dengan baik dan ditampilkan dengan indah pada layarnya. Informasi yang disajikannya juga mudah diakses dan enak dibaca.
Gadget ini berfungsi dengan baik saat dihubungkan dengan Google Fit, aplikasi yang paling sering saya gunakan. Fitur pemantau detak jantungnya tak begitu istimewa, karena hanya berfungsi sebagai pemantau detak jantung. Hasilnya juga tak begitu akurat.
Namun, secara umum gadget ini andal untuk menghitung langkah kaki dan berapa kali saya beranjak dari kursi untuk berjalan-jalan. Gadget ini tak disertai GPS, jadi tetap gunakan ponsel kamu saat menggunakannya untuk berolahraga lari.
Lepas dari itu, penggunaannya sangat bergantung pada OS Android Wear. Jadi pengalaman kamu menggunakannya sangat bervariasi, tergantung seberapa suka atau tidaknya kamu terhadap OS ini. Saya sendiri sudah terbiasa nyaman menggunakan Androd Lollipop dan Marshmallow dengan perangkat lunak dan tipe notifikasi ala kartu Google Now milik Android Wear. Namun, seperti yang sudah disinggung di atas, saya tak begitu mempermasalahkan isu lag-nya.
Satu hal yang harus kamu ingat, Huawei Watch, seperti kebanyakan jam tangan pintar yang ada di saat ini, pada dasarnya merupakan ekstensi dari ponsel kamu. Selama menggunakannya, saya senang dapat melihat e-mail dan pesan instan dengan lebih cepat, atau memainkan podcast tanpa perlu membuka smartphone. Ya,saya sadar, cepat atau lambat, saya harus berbuat sesuatu yang lebih berguna. Saya tak memeriksa e-mail di pergelangan tangan saat sedang berada dalam kereta, karena saya tak mau penumpang lain beranggapan yang aneh-aneh soal saya.
Baca juga: Meski Terlambat, Huawei Akhirnya Perkenalkan Honor 6 Plus di Indonesia
Pantaskah untuk dimiliki?
Jika kamu yakin dan tekadmu sudah bulat untuk memiliki smartwatch, lalu kamu adalah seorang fanboy Android, dan kamu mempertimbangkan penampilan, Huawei Watch adalah opsi yang mendekati sempurna. Perangkat ini juga dapat dihubungkan dengan perangkat iOS, namun fungsinya terbatas.
Huawei Watch adalah paduan berimbang antara kegunaan dan desain. Namun, kamu harus menebus harga yang dua kali lipat lebih mahal dari kebanyakan smartwatch Android lainnya, yaitu sekitar Rp6,5 juta.
Mungkin banderol tersebut sedikit dapat dimaklumi jika smartwatch ini memiliki GPS, pengisian daya nirkabel, dan NFC—tanpa fitur tersebut, harga mahalnya dapat membuat konsumen urung membelinya. Absennya fitur NFC membuat smartwatch ini kehilangan fungsinya sebagai alat pembayaran cashless.
Secara umum saya masih ragu terhadap perangkat wearable ini—saya rasa kita bisa mendapatkan banyak fitur yang sama lewat fitness band dengan harga yang jauh lebih murah. Sementara jam tangan biasa dengan harga setara smartwatch dapat bertahan dalam waktu yang sangat, sangat lama. Meski begitu, Huawei Watch merupakan produk perangkat wearable pertama yang saya pertimbangkan untuk segera dimiliki.
Kelebihan
- Desain memikat dengan sentuhan mewah
- Ukurannya besar, namun ringan dan cukup premium
- Tampilan layar berkualitas
- Tersedia beberapa desain watch face yang dapat dipilih
- Koneksi Wi-Fi
Kekurangan
- Harga sama premiumnya
- Tak ada GPS, NFC, ataupun pengisian daya nirkabel
- Pemantau detak jantung tak begitu berguna
- Fitur Android Wear belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan gadget wearable
- Desainnya hanya cocok digunakan oleh pria
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
sumber: