Alpha Go merupakan sebuah proyek kecerdasan buatan (AI) dari Google yang didesain untuk bisa bermain Go, sebuah board game strategi klasik asal Cina untuk dua orang pemain.
Jadi kemarin (10/3) Alpha Go berhasil mengalahkan Lee Se-Dol, pemain Go terbaik di dunia asal Korea Selatan. Tidak tanggung-tanggung, Alpha Go bahkan mengalahkan pemegang 18 kali piala dunia bermain Go itu dalam dua kali pertandingan.
Kemenangan tersebut membuat banyak ahli sulit untuk memercayainya. Karena untuk bisa mengembangkan algoritma untuk bermain Go sangatlah rumit, tidak semudah game lain seperti Catur maupun Monopoli yang sudah sempat dikembangkan.
Go merupakan sebuah permainan strategi yang terdiri dari 19 garis vertikal dan horizontal. Yang mana sang pemain akan meletakkan batu putih atau hitam di garis-garis tersebut untuk mengurung sang lawan. Setelah terkurung, batu itu tidak bisa digerakkan lagi. Kondisi inilah yang menyebabkan Go memiliki sangat banyak kemungkinan untuk bisa menang.
Lalu bagaimana Google mengembangkan kecerdasan buatannya?
Berdasarkan penjelasan Google, Alpha Go menggunakan kombinasi dari algoritma pencarian Tree dan jaringan syaraf buatan.
Singkatnya, pencarian Tree merupakan sebuah algoritma yang digunakan untuk menentukan proses pengambilan keputusan. Kemudian untuk jaringan syaraf, Alpha Go menggunakan dua jaringan syaraf buatan sekaligus.
Pertama adalah jaringan Policy yang memungkinkan komputer untuk mengambil langkah-langkah permainan selanjutnya. Kedua, adalah jaringan Value yang akan memprediksi langkah-langkah yang bisa membawa kemenangan.
Dua jaringan syaraf buatan tersebut secara tidak langsung telah membuat Alpha Go bekerja layaknya otak manusia. Keduanya bahkan telah dilatih dengan 30 juta langkah yang diambil dari pertandingan-pertandingan yang dimainkan oleh para ahli Go sebelumnya, sampai Alpha Go mampu memprediksi 57 persen permainan.
Selain itu, untuk bisa melampaui kemampuan manusia, Alpha Go juga mempunyai kemampuan untuk melatih dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara melatih kedua syaraf buatan satu sama lain melalui ribuan kali permainan.
Dengan proses tersebut, menurut saya tidak heran apabila Alpha Go berhasil mengalahkan Lee, karena Alpha Go berpikir lebih dalam dan cepat dibandingkan dengan manusia pada umumnya.
Baca juga: Lewat BTS dalam Balon, Helion Coba Hadirkan Project Loon Versi Lokal
Kontroversi kecerdasan buatan
Kamu mungkin sudah pernah menonton film iRobot, yang mana para robot memberontak dan membinasakan manusia. Para ahli telah banyak memprediksi bahwa kecerdasan buatan akan mampu melampaui pola pikir manusia. Sehingga apa yang terjadi pada film tersebut bisa jadi terjadi di masa mendatang.
Sesaat setelah pertandingan pertama selesai. Mantan petinggi Google di Cina, Kaifu Lee, mengungkapkan pendapatnya di Sina Tech, salah satu media online di Cina.
Menurut Kaifu di masa mendatang akan semakin banyak penerapan kecerdasan buatan. “AI akan digunakan untuk memecahkan masalah, menyelamatkan keterpurukan, dan membuat keuntungan bagi individu maupun perusahaan. […],” ungkap Kaifu.
Namun, bukan berarti kecerdasan buatan tidak memiliki dampak buruk. Menurut Kaifu, kecerdasan buatan bisa saja akan menggantikan peran-peran pekerja di masa depan.
Dalam 10 tahun ke depan, sangat banyak pekerjaan-pekerjaan yang ada sekarang akan tergantikan oleh komputer. Mesin-mesin akan menggantikan peran suster, akuntan, guru, pengelola keuangan, dan lainnya. […] Mesin-mesin juga tidak perlu digaji, hanya perlu listrik dan jaringan, dan mereka bisa bekerja selama 24 jam, 365 hari dalam setahun.
Sungguh mengerikan, bukan, apabila prediksi itu benar. Bagaimanapun, masa depan sangat sulit untuk diprediksi. Mungkin saja dalam waktu lima tahun ke depan, banyak komputer yang sudah menggantikan peran manusia.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post Kecerdasan Buatan Kalahkan Pemain Go Terhebat di Dunia, Apakah Ini Pertanda Buruk? appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar