Blogger templates

Sabtu, 12 Maret 2016

Membina Komunitas di Media Sosial Menjadi Partner dalam Bisnis, Wawancara dengan Global Community Manager Razer

Memproduksi periferal khusus gaming mungkin terdengar sebagai bisnis yang sangat niche pada tahun 2005 lalu. Namun hal tersebut tidak menghentikan Razer merilis sebuah perangkat mouse premium khusus untuk gaming yang mereka namakan Boomslang. Kini, hampir sebelas tahun kemudian, Razer telah berkembang menjadi perusahaan dengan nilai valuasi perusahaan mencapai lebih dari US$1,5 miliar (sekitar Rp19,7 triliun).


Selain mouse, saat ini Razer telah memproduksi berbagai perangkat gaming premium yang didesain untuk memenuhi kebutuhan gamer. Mereka juga mulai melakukan diversifikasi ke perangkat elektronik lain, seperti jam tangan atau speaker Bluetooth, sambil mempertahankan image gaming yang mereka miliki agar semakin dekat kepada para pengguna setia Razer.


Belum lama ini, Tech in Asia berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Goh Hung Wei selaku Global Community Manager dari Razer. Ia menceritakan bagaimana Razer kini memiliki lebih dari 7 juta fan di Facebook Page mereka serta 2,2 juta follower di akun Twitter Razer. Ia juga berbagi kisah bagaimana komunitas memegang peranan penting dalam perkembangan Razer sejauh ini.


Dari Gamer untuk Gamer


Sebagai sebuah perusahaan yang memproduksi beragam periferal khusus gaming, Hung Wei mengaku bahwa moto Razer merupakan perusahaan yang didirikan oleh dan untuk memenuhi kebutuhan para gamer. Segala produk yang mereka hasilkan memiliki satu misi, yaitu memenuhi kebutuhan fan mereka serta memberikan pengalaman gaming yang lebih memuaskan.


Moto tersebut tidak hanya ditulis pada profil perusahaan mereka saja, namun benar-benar diimplementasikan dalam aktivitas Razer sehari-hari. Hung Wei mengaku bahwa beragam keputusan yang diambil Razer merupakan hasil dari permintaan yang diajukan oleh fan.


Komunitas adalah bagian penting bagi kami. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki kesamaan bahasa dengan Razer, yaitu gaming.



Lebih lanjut Hung Wei menuturkan, dengan memiliki komunitas yang peduli dan aktif, mereka dapat menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan gamer. “Beberapa pihak dalam industri video game bahkan pernah meminta bantuan kami untuk mengumpulkan tanggapan dari komunitas tentang produk yang mereka hasilkan,” jelasnya.


Trying Razer Blade | Photo

Mencoba Razer Blade. Gaming laptop layar 4K yang seringan MacBook Pro.



Diskusi dalam komunitas Razer dibiarkan mengalir apa adanya. Walaupun demikian, ia juga menekankan pentingnya memulai topik pembicaraan agar diskusi dapat dimulai dan orang-orang mulai menanggapi. “Tidak perlu mempromosikan produk sendiri terus-menerus. Cukup dengan memulai topik yang dimengerti oleh semua anggota komunitas,” dan dalam kasus Razer, hal tersebut jelas tentang video game.


Dibantu oleh Komunitas


Sebagai orang yang mengelola beragam platform media sosial serta membentuk komunitas pengguna Razer di seluruh dunia, Hung Wei mengaku tidak sendirian dalam menangani para gamer di berbagai belahan bumi. Ia dibantu oleh anggota-anggota aktif serta sukarelawan untuk mengelola media komunitas di berbagai negara.


Saat ini terdapat puluhan Page regional di Facebook yang menampung beragam komunitas penggemar Razer di seluruh dunia. Untuk Indonesia sendiri, Page Facebook Razer di Indonesia dikelola oleh partner mereka yang bertindak di bawah supervisi Razer.


Man with Razer Tattoo | Screenshot

(Sumber: Forum Razer)



Para anggota komunitas yang ia kelola sering melakukan beragam hal yang membuatnya bangga. Mereka saling membantu satu sama lain, dan tidak jarang bertindak sebagai agen yang merekomendasikan produk Razer kepada anggota lain tanpa diminta. Tak jarang Hung Wei menemukan wujud tanda cinta fan yang tidak diduga-duga.


Saya bahkan pernah menemukan seorang penggemar yang menato lengannya dengan logo Razer!



Hal-hal demikian membuat kami semakin bertekad untuk menjawab kepercayaan dari para penggemar,” ujarnya.


Bicara sebagai Gamer


Dalam melakukan interaksi kepada para penggemar Razer, Hung Wei mengaku tidak pernah memosisikan dirinya atau perusahaan tempat ia bekerja di atas para gamer. Mereka menjalin interaksi layaknya dua orang yang sama-sama menyukai dunia video game. Terkadang mereka saling bercanda dan melakukan trolling kepada satu sama lain.


Dengan membangun komunikasi langsung ke dasarnya tanpa menciptakan struktur hierarkis, ia mengaku dapat menjalin hubungan yang lebih personal dan akrab dengan para anggota komunitas. Dari hubungan yang hangat itulah kepercayaan terhadap satu sama lain dapat dipupuk dan dibina.


Ia juga kurang sependapat dengan konsep pemasaran yang biasa disebut influencer marketing. Menurutnya, kerja sama dengan figur publik untuk mempromosikan suatu produk maupun merek merupakan suatu hal yang seharusnya bisa dilakukan oleh merek itu sendiri. Akses kepada komunitas yang biasanya disasar oleh para sponsor dari seorang atau sekelompok figur publik seharusnya bisa dibangun sendiri tanpa memerlukan perantara.


Hal ini juga yang mereka lakukan di semua saluran media sosial Razer. Kebanyakan konten yang mereka pasang adalah hasil buatan sendiri, atau bahkan karya anggota komunitas yang menarik untuk disebarkan. Kehadiran kreativitas para penggemar menunjukkan kedekatan mereka dengan Razer dan bagaimana produk-produk Razer mampu berkomunikasi dengan pengguna.


Ingin Berbuat Lebih Banyak di Indonesia


Hung Wei mengaku bahwa pihaknya berencana untuk semakin mendekatkan diri ke komunitas gamer di Indonesia, seperti yang mereka telah lakukan di negara Asia Tenggara lain seperti Filipina, Thailand, dan Singapura. Walau ia tidak menyebutkan secara spesifik rencana apa yang akan mereka lakukan, namun ia mencontohkan beberapa kegiatan yang mereka lakukan di luar negeri seperti mengadakan gathering bagi komunitas penggemar Razer regional, hingga mendukung atlet e-sport berprestasi.


Di antara beragam acara yang disebutkan, pembukaan toko resmi Razer di Taiwan, Thailand, dan Filipina merupakan event yang menurutnya paling sukses. Toko yang diberi nama Razer Store tersebut memamerkan segala macam produk Razer di dalamnya, dan semua pengunjung bebas mencoba tanpa harus membeli.


“Setiap pengunjung bebas datang dan memainkan beragam koleksi game yang kami pasang di dalam toko menggunakan periferal gaming Razer. Kamu boleh datang ke toko sejak mulai dibuka, dan bermain tanpa harus takut diusir hingga jam operasional usai,” katanya. Razer juga melakukan rotasi game yang dipajang sesuai dengan kemunculan beragam judul baru serta tren yang sedang berlaku.


Ketika ditanya apakah Razer berencana untuk membuka toko serupa di Indonesia, ia mengembalikannya lagi kepada para gamer di tanah air. “Bila para penggemar di Indonesia beramai-ramai meminta kepada Razer, bukan mustahil kami akan mengupayakan hal serupa di sini,” tutupnya.


(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)


The post Membina Komunitas di Media Sosial Menjadi Partner dalam Bisnis, Wawancara dengan Global Community Manager Razer appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar