Blogger templates

Selasa, 29 Desember 2015

10 Kabar Paling Menarik dari Ranah Startup Indonesia Tahun 2015







10 Kabar Paling Menarik dari Ranah Startup Indonesia Tahun 2015





Nadine Freischlad
Nadine Freischlad
5:22 pm on December 28, 2015





indonesia-flag-720x406



Menjelang pergantian tahun yang akan segera tiba, suasana di Jakarta semakin lengang. Sekarang saatnya untuk kilas balik. Apa saja kabar teknologi di Indonesia yang paling menarik perhatian tahun ini? Berikut adalah kabar-kabar pilihan saya yang ditampilkan secara acak.



Februari: Kemunculan MatahariMall dengan sokongan dana melimpah


Tak diragukan lagi, tahun 2014 merupakan tahunnya Tokopedia yang berhasil memecahkan rekor investasi sebesar $100 juta (sekitar Rp1,4 triliun). Awal tahun 2015, giliran konglomerat Lippo Group yang mencuri perhatian. Mereka mengumumkan akan membangun e-commerce raksasa, MatahariMall.


Pada bulan Februari, Lippo mengungkapkan rencananya untuk menaruh investasi sebesar $500 juta (sekitar Rp7 triliun) sebagai langkah awal, dan berencana meluncurkan e-commece ini pada bulan Maret. Namun, peluncurannya ditunda hingga akhirnya MatahariMall resmi diluncurkan pada bulan September. Belakangan diketahui bahwa pengumuman investasi $500 juta tersebut tidak sepenuhnya benar, karena saat ini MatahariMall baru mendapatkan suntikan dana sebesar $200 juta (sekitar Rp2,8 triliun).


MatahariMall masuk ke ranah e-commerce dengan gebrakan. Mereka menjadi topik hangat dalam perbincangan (dan menjadi bahan gurauan) tahun ini. Namun, MatahariMall bukan lagi lelucon. Perusahaan ini telah merekrut talenta-talenta terbaik dan diproyeksikan akan menjadi salah satu nama besar di e-commerce Indonesia.


Screen-Shot-2015-02-25-at-1.09.02-pm-e1424844606852


Baca juga: [Updated] MatahariMall tunjuk Credit Suisse dan Bank of America untuk pimpin pendanaan $200 juta


Maret: Akuisisi Adplus


Tak ada yang menyukai adtech. Selain merepotkan, adtech seringkali menampilkan iklan barang yang tidak relevan. Ironisnya, layanan pengiklan seperti ini lah yang menguasai lanskap bisnis digital di Indonesia. Bulan Maret lalu, perusahaan adtech lokal Adplus, diambil alih oleh Yello mobile Korea. Ini merupakan satu dari segelintir akuisisi yang terjadi tahun ini.


Kabar utama dari ranah adtech lainnya adalah joint venture antara operator Indosat-Ooredoo dengan Smaato, serta Adskom, pesaing Adplus, yang meraih pendanaan Seri A dari Geniee.
Saya memasukkan adtech ke dalam daftar ini karena total belanja iklan digital di Indonesia tumbuh lebih cepat dari negara manapun di Asia Pasifik.


April: Akuisisi KapanLagi


Bulan April lalu, konglomerat media Singapura MediaCorp, mengakuisisi KapanLagi Network. Namun mereka tak mengungkapkan nilai investasinya.


Satu hal yang kami tahu, MediaCorp mengambil alih 52 persen saham milik salah satu perusahaan media online paling sukses dan berpengalaman di Tanah Air. Akuisisi ini memberi mereka keleluasaan untuk mengakses jutaan pembaca online di Indonesia.


KapanLagi Network dikenal sebagai portal berita dan memiliki situs-situs dengan pembaca yang lebih spesifik yang membidik lelaki, perempuan, penggila mobil, dan penikmat sepakbola. Kini, KapanLagi dapat menjangkau pembaca dari wilayah Asia. Mereka juga mendapat keuntungan untuk memanfaatkan keahlian serta sumber daya perusahaan induk barunya.


Baca juga: KapanLagi Kerjasama dengan MediaCorp, Dirikan Inkubator Startup di Jakarta


Juli: Kemenkominfo meresmikan aturan TKDN untuk smartphone


Setelah menjadi kabar yang simpang siur, pemerintah lewat Kemenkominfo akhirnya meresmikan aturan TKDN untuk smartphone pada bulan Juli tahun ini.


Aturan tersebut mengatakan bahwa pada tahun 2017 nanti, semua smartphone 4G LTE yang di jual di Indonesia harus memiliki kandungan hardware, perangkat lunak, serta perakitan di Indonesia. Secara keseluruhan, ketiga “komponen lokal” ini harus mencapai 30 persen.


Indonesia ingin mengurangi ketergantungannya terhadap impor smartphone dan ingin mendorong vendor ponsel luar negeri untuk berinvestasi membangun pabrik di Indonesia. Samsung menjawab tantangan tersebut dengan menambah satu pabrik perakitan mereka di Indonesia. Kabarnya Apple juga berencana membangun pusat pengembangan dan penelitian sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan baru ini. Kita tunggu saja tahun 2016 nanti.


Baca juga: Menkominfo Rudiantara Bicara Soal 5G dan Project Loon versi Indonesia


Agustus: Perekrutan besar-besaran GO-JEK


Kalau saya harus memilih satu kejadian paling menarik yang terjadi di Indonesia tahun ini, saya akan memilih aplikasi layanan pemesanan ojek. Aplikasi GO-JEK diluncurkan pada awal tahun ini, namun popularitas mereka mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Pada bulan itu, mereka merekrut 16.000 calon driver di Stadion Gelora Utama Bung Karno Jakarta.


Sejak saat itu, armada GO-JEK berjaket hijau mulai terlihat di pelosok Ibu Kota. Namun, banyak driver berarti banyak masalah. Driver ojek konvensional mengajukan protes terhadap inovasi teknologi ini, masalah lain timbul dari driver GO-JEK itu sendiri yang tak setuju terhadap beberapa regulasi yang baru.


Dengan keberadaannya yang kini menjangkau 10 kota di Indonesia, rasanya tak mungkin kalau GO-JEK dapat luput dari pemberitaan. Fakta bahwa CEO GoJek, Nadiem Makarim, menolak membeberkan nilai investasi yang mereka peroleh dari Sequoia menambah status ikonis startup ini.


go-jek-drivers


Baca juga: Masukan untuk GO-JEK dari Para Driver-nya


Oktober: Angel EQ – Angel investor baru dari Indonesia


Pada awal bulan Oktober ini, muncul kabar baik yang diprediksi akan memberikan dampak jangka panjang terhadap lanskap startup di Indonesia: peluncuran jaringan angel investor baru, Angel EQ. Tujuan berdirinya jaringan ini adalah untuk memperkenalkan para pebisnis sukses dari berbagai latar belakang industri kepada sektor teknologi, khususnya startup, dan mengedukasi mereka mengenai risiko serta peluang dalam berinvestasi di sektor ini.


Inisiatif ini dipimpin oleh Shinta Dhanuwardoyo, yang menjalankan agensi digital Bubu dan IDByte. Jika hal ini berjalan dengan baik, para angel investor ini dapat membantu banyak startup untuk “lepas landas” dalam beberapa tahun ke depan. Bukan hanya dibekali pendanaan, namun juga mentoring langsung. Angel EQ merupakan jaringan angel investor kedua yang berdiri di Indonesia setelah GEPI.


Oktober: Berdirinya Venturra Capital


Kabar ini sudah lama berhembus, namun akhirnya menjadi resmi bulan Oktober: Asia Tenggara memiliki venture fund baru dengan nilai $150 juta (sekitar Rp2,1 triliun) yan bernama Venturra Capital.


Lippo Group adalah penyumbang aliran dana terbesar. Pada dasarnya, Venturra merupakan reinkarnasi dari Lippo Digital Ventures, namun kini mereka bersifat independen dan beroperasi layaknya perusahaan pemodal lainnya tanpa mengandalkan aset Lippo.


Perusahaan pemodal ini langsung bergerak cepat. Setelah pengumuman peluncurannya, satu demi satu portofolio perusahaan baru langsung diungkap ke publik. Venturra berkomitmen untuk berinvestasi serta memajukan calon startup teknologi yang menjanjikan di Asia Tenggara. Sejauh ini, mereka telah mengumumkan lima investasi, teknologi kesehatan, bitcoin, pelayanan, teknologi pendidikan, serta e-commerce.


Dari penuturan sang managing partner, Stefan Jung, ada sedikitnya lima investasi yang akan segera menyusul. Namun itu semua bergantung kepada Founder masing-masing startup, apakah mereka mau membocorkan nilai investasi yang mereka dapatkan atau tidak.


Venturra-Partners-720x494


Baca juga: Venturra, VC Baru dengan Dukungan Lippo Group Bermodal Rp2 Triliun Siap MendukungStartup di Indonesia


Oktober: Paraplou resmi berhenti


E-commerce Indonesia berduka pada bulan Oktober lalu, saat Paraplou Group tiba-tiba mengumumkan pengunduran diri mereka dari dunia e-commerce. Paraplou merupakan marketplace yang menawarkan barang—barang premium serta penyedia layanan e-commerce.


Paraplou didirikan oleh dua mantan managing director Rocket Internet yang juga yang pernah bekerja di Lazada Indonesia. Meski dinahkodai Founder berpengalaman dan investasi $1,5 juta (sekitar Rp20,5 miliar), Paraplou gagal menjadi situs e-commerce barang mewah nomor satu di Indonesia.


Oktober: Jokowi membatalkan kunjungannya ke Silicon Valley


Bulan Oktober ini Indonesia dapat diumpakan seperti api yang menggelora, baik soal urusan startup maupun dalam artian secara harfiah. Beberapa wilayah di Indonesia tercemar kabut asap akibat kebakaran hutan yang semakin diperparah dengan kemarau berkepanjangan.


Krisis kabut asap ini juga menjadi alasan utama Jokowi membatalkan jamuan makan malam Tim Cook dan juga pertemuan lain dalam rencana kunjungannya ke Silicon Valley. Posisi presiden digantikan oleh Menkominfo Rudiantara, namun tidak membuahkan banyak hasil. Kendati tak banyak, namun Rudiantara berhasil berkolaborasi dengan Google dalam Project Loon dan membantu startup lokal yaitu Qraved, untuk meraih investasi dari Amerika.


November: Bhinneka meraup $22 juta (sekitar Rp308 miliar) dan bersiap IPO


Kabar terakhir tahun ini yang menarik perhatian saya adalah pengumuman investasi yang diraih Bhinneka.
Situs e-commerce yang menyediakan komputer dan peralatan elektronik ini berhasil meraih pendanaan $22 juta dari perusahaan venture capital Ideosource. Bhinneka telah lama berkecimpung sejak tahun 1999 dengan pendanaan mandiri. Kabarnya mereka siap untuk melakukan IPO.


Jika hal itu terjadi, mungkin tahun depan, mereka sudah pasti akan mendominasi kabar berita 2016. Ini juga akan menjadikan Bhinneka sebagai perusahaan teknologi pertama di Indonesia yang melakukan IPO.


Baca juga: Bhinneka Peroleh Investasi Rp300 Miliar dari Ideosource, Siap Melakukan IPO


(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
















Replies









sumber:

0 komentar:

Posting Komentar