Apa itu model bisnis di dalam sebuah startup teknologi?
Model bisnis merupakan salah satu inti utama dari sebuah startup. Karena seberapa bagus atau unik idenya, sebuah startup harus memiliki cara untuk mendapatkan penghasilan yang digunakan untuk bertahan hidup dan investasi jangka panjang.
Model bisnis yang akan kamu gunakan harus sesuai dengan masalah utama yang dihadapi oleh konsumen, dan bisa berjalan lebih baik dibandingkan kompetitor. Ada banyak jenis model bisnis di luar sana, tetapi yang lebih penting adalah memilih jenis yang sesuai dengan bisnis kamu.
Salah satu kesalahan fatal yang bisa dilakukan seorang founder adalah membuat model bisnis baru, atau membuat cara baru untuk mendapat aliran uang, yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Dari sudut pandang investor, metode baru tersebut tidak akan mengembalikan investasi mereka karena belum terbukti bisa berjalan.
Jadi daripada kamu mengembangkan model bisnis baru, berikut adalah jenis-jenis model bisnis yang bisa kamu pertimbangkan untuk startup kamu. Model bisnis ini sudah teruji dan digunakan oleh banyak startup.
Freemium
Model bisnis ini terdiri dari dua rangkaian kata yang digabung menjadi satu, yaitu “free” dan “premium.” Freemium telah menjadi model bisnis yang banyak digunakan oleh startup dalam beberapa tahun belakangan.
Cara kerja dari model bisnis ini adalah dengan cara memberikan layanan dasar ke pada konsumen secara cuma-cuma, lalu mengenakan tarif untuk layanan premium untuk fitur yang lebih lengkap kepada anggota berbayar.
Beberapa startup lokal yang menerapkan model bisnis freemium adalah Urbanhire dan Jojonomic. Keduanya memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan dasar, kemudian mengenakan biaya yang bervariasi untuk menikmati fitur tambahan dalam layanan tersebut.
Model bisnis seperti ini punya kekurangan. Apabila pengguna sudah cukup puas dengan layanan dasar, mereka akan kurang tertarik untuk menikmati layanan premium dengan fitur yang lebih lengkap.
Subscription
Subscription atau berlangganan merupakan model bisnis yang biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan dengan banyak konten, atau produk yang akan digunakan secara terus menerus oleh konsumen. Seperti layanan buku digital, streaming musik, atau film.
Cara kerja dari model bisnis berlangganan adalah dengan cara mengenakan tarif ke pengguna setiap bulan atau per tahun, sebelum mereka bisa menikmati layanan yang kamu sediakan.
Sebagai contoh, Scoop merupakan startup lokal yang menyediakan berbagai jenis buku dan majalah. Dengan model bisnis berlangganan, Scoop memungkinkan pengguna untuk menikmati semua buku dan majalah dengan biaya berlangganan Rp59.000 per bulan.
Tantangan dari model bisnis seperti ini adalah persaingan yang ketat. Startup harus bisa bersaing dengan menyediakan konten yang lebih lengkap. Seperti apa yang terjadi dengan persaingan layanan streaming musik antara Spotify dengan Apple Music.
Marketplace
Marketplace bisa dibilang sebagai model bisnis yang bekerja layaknya seorang perantara mempertemukan penjual dengan pembeli. Si penjual mendapatkan keuntungan dari akses ke sebuah marketplace, sebuah tempat yang memungkinkan para pembeli mencari berbagai barang yang mereka inginkan.
Terdapat beberapa jenis marketplace, sesuai dengan sumber dan target pasarnya. Contohnya adalah marketplace B2B seperti Indotrading, yang menyediakan berbagai produk dari dan untuk bisnis besar. Lalu ada marketplace C2C seperti Tokopedia dan Bukalapak, yang memungkinkan pengguna untuk membuka toko online dan berhubungan dengan konsumen sebagai pembeli.
Layanan on-demand
Layanan dan model bisnis on-demand bisa dibilang mulai ramai di Indonesia. Khususnya di kota-kota besar yang penduduknya cenderung sibuk, seperti Jakarta, Bandung, dan Denpasar. Sehingga mereka memanfaatkan layanan instan untuk membantu aktivitas mereka sehari-hari.
Sebagai contoh, layanan transportasi on-demand seperti UBER, GO-JEK, dan Grab bisa dipesan kapanpun—langsung dari smartphone kamu. Ada juga layanan on-demand untuk keperluan rumah tangga, seperti Ahlijasa, Beres, Seekmi, dan lainnya.
Model bisnis ini bisa berjalan karena adanya kebutuhan yang terus meningkat. Biaya juga lebih efisien karena infrastruktur yang telah tersedia. Sebagai contoh, layanan transportasi sudah tersedia dari dulu, sehingga startup hanya perlu mengembangkan produknya.
Baca juga: The Startup Owner’s Manual: Panduan Teknis Membangun Startup
Selain model bisnis di atas, masih banyak lagi model bisnis yang telah terbukti dan banyak digunakan oleh perusahaan teknologi. Jadi kami akan memperbarui artikel ini secara berkala dengan menambahkan jenis-jenis model bisnis lain, yang sesuai dengan pasar Indonesia.
Sumber: Huffington Post dan Harvard Business Review
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post Ingin Mendirikan Startup? Beberapa Model Bisnis Berikut Bisa Kamu Pertimbangkan appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar