Zalora, situs belanja busana milik Rocket Internet yang beroperasi di Asia Tenggara, sepertinya hampir kehabisan dana, hal itu tersirat dari laporan keuangan tahunan perusahaan mereka.
Mereka membukukan EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) negatif senilai US$259 juta (sekitar Rp3,3 triliun) sejak tahun 2013 hingga 2015. Sedangkan dari data Tech in Asia, total pendanaan yang mereka raih dari investor hanya US$238 juta (sekitar Rp3,09 triliun). Itu artinya lebih besar pasak daripada tiang.
Meskipun Rocket Internet tidak membeberkan jumlah dana yang dimiliki oleh Zalora—dengan kata lain total uang yang dimiliki perusahaan mereka—namun mereka pernah mengungkapkan angka US$86,3 juta (sekitar Rp1,12 triliun) untuk kelompok perusahaan yang menaungi Zalora, yaitu the Global Fashion Group, yang terdiri dari enam perusahaan.
Kalaupun semua uang tersebut (US$86,3 juta) dikucurkan kepada Zalora saja (yang mana mustahil terjadi), Zalora akan tetap kehabisan uang dalam waktu satu tahun. Prediksi tersebut dapat kita simpulkan jika melihat EBITDA negatif US$105 juta (sekitar Rp1,36 triliun) mereka selama tahun 2015 saja. Jumlah ini menandakan bahwa mereka akan segera kehabisan uang.
Meskipun telah diketahui kalau Zalora mulai memperoleh peningkatan margin laba, pendapatan bersih, serta volume transaksi, namun sepertinya hal itu sudah agak terlambat.
Kondisi Zalora saat ini mengingatkan kita pada Lazada, “Amazon-nya” Asia Tenggara besutan Rocket Internet, yang dilaporkan kehabisan uang tahun lalu dan bersusah payah menggalang pendanaan.
Beruntung, Temasek, yang berinvestasi di Lazada serta Alibaba, hadir sebagai “juru penyelamat” dengan mempertemukan kedua perusahaan ini dalam sebuah kesepakatan investasi. Beberapa waktu lalu, Alibaba telah mengucurkan investasi senilai $1 miliar (sekitar Rp13 triliun) untuk mengambil alih saham mayoritas di Lazada, yang telah beroperasi di enam negara Asia Tenggara.
Kini, Zalora tampaknya harus mengambil langkah yang sama. Bahkan, sepertinya mereka sedang memulai prosesnya saat ini.
Senasib dengan FoodPanda?
Sementara itu Foodpanda masih berada dalam kondisi yang lebih baik, kendati mereka kemungkinan akan mengalami hal sama seperti Zalora. Mereka juga mencatat EBITDA negatif senilai US$116 juta (sekitar Rp1,5 triliun) pada 2015 dan kas perusahaan senilai US$97,5 juta (sekitar Rp1,2 triliun). Sehingga mereka harus mampu meningkatkan margin secara drastis jika ingin tetap bertahan tanpa menggalang pendanaan yang baru.
Mungkin ini juga yang menyebabkan mereka “angkat koper” dari India dan Hong Kong sebagai upaya penghematan.
Rocket Internet sendiri masih menolak berkomentar lebih jauh mengenai laporan keuangan tahunan mereka.
Baca juga: Kisah di balik Akuisisi Lazada dan Dampaknya bagi Ekosistem Startup di Asia Tenggara
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah dan Pradipta Nugrahanto)
The post Laporan Keuangan Zalora dan Foodpanda Tunjukkan Indikasi Kehabisan Dana appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar