Blogger templates

Minggu, 24 April 2016

Pesan 4 “Kartini” di Dunia Startup untuk para Wanita Indonesia

Kemarin (21/4), seluruh masyarakat Indonesia memperingati kelahiran Raden Adjeng Kartini, seorang tokoh wanita yang punya tekad kuat untuk memperjuangkan hak-hak kaumnya. Dan saat ini, Indonesia juga punya banyak sosok-sosok “Kartini” baru, termasuk yang berkecimpung di dunia startup.


Kiprah para wanita di dunia startup pun tidak bisa dianggap sebelah mata. Banyak di antara mereka yang kemudian menjadi petinggi di beberapa startup. Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Kartini kemarin, FemaleDev menghadirkan empat orang wanita yang menjadi pemimpin di startup mereka masing-masing, yaitu Leonika Sari (Founder Reblood), Dhini Hidayati (Co-Founder GandengTangan), Tety Sianipar (CTO Kerjabilitas), dan Friesca Saputra (Co-Founder Ovula).


Dalam kesempatan tersebut, mereka berempat berbagi nasihat-nasihat menarik untuk para wanita Indonesia, terutama yang ingin berkecimpung di dunia startup.


Awali membuat startup dengan niat baik


Friesca Saputra (Co-Founder Ovula)

Friesca Saputra (Co-Founder Ovula)



Friesca adalah seorang dokter muda yang kemudian memutuskan untuk membuat aplikasi bernama Ovula. Dengan aplikasi ini, para wanita bisa mencatat masa-masa kesuburan mereka. Pencatatan tersebut berguna untuk membantu mereka dalam melakukan Keluarga Berencana (KB) secara alami.


Menurut Friesca, dalam membuat startup, seorang founder haruslah mengawalinya dengan sebuah niat yang baik. “Mulailah dengan semangat untuk membantu orang lain. Hal ini bisa membantu kamu untuk tetap bertahan, hingga tujuan tersebut tercapai,” tutur Friesca.


Terkait banyaknya wanita yang kemudian membuat startup di bidang sosial, Friesca mengatakan kalau itu memang sesuai dengan kodrat mereka. “Wanita memang lebih peka terhadap masalah,” ujar Friesca.


Segera habiskan jatah kegagalan


Leonika Sari (Founder Reblood)

Leonika Sari (Founder Reblood)



Berbeda dengan Friesca yang membangun startup setelah menjadi dokter, Leonika justru mengawali proses membuat startup sejak ia masih kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Menurut wanita yang akrab disapa Leo ini, status sebagai mahasiswa membuatnya punya keleluasaan untuk mencoba sesuatu yang baru.


“Jangan pernah takut untuk mencoba. Apabila kemudian kamu gagal, hal itu justru akan membuat kamu mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh kamu lakukan di kemudian hari,” ujar Leo.


Menurut Leo, seorang founder juga harus kreatif dalam memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia. Leo mengingatkan agar tidak hanya menunggu sesuatu yang besar untuk datang menghampiri kita, yang justru membuat kita seperti jalan di tempat.


“Ambil contoh ketika ingin membuat nasi goreng. Coba gunakan dahulu semua bahan yang ada di kulkas, jangan malah langsung pergi ke supermarket,” tutur Leo.


Prinsip itulah yang diterapkan Leo dalam membangun Reblood, sebuah aplikasi yang bisa membantu kita untuk melakukan donor darah secara rutin. Leo mulai mengembangkannya di Surabaya, yang merupakan kota asalnya, dan selalu memanfaatkan setiap hadiah yang mereka dapat di berbagai kompetisi untuk menjaga kelangsungan Reblood.


“Ketika ingin memperkenalkan Reblood, kami pun memulainya ke sebuah rumah sakit yang salah satu pemegang sahamnya adalah rekan kami sendiri,” ujar Leo.


Wanita bukan hanya pemanis


Dhini Hidayati (Co-Founder GandengTangan)

Dhini Hidayati (Co-Founder GandengTangan)



Sebagai salah seorang founder wanita dari startup crowdlending GandengTangan, Dhini bercerita kalau ia sering dianggap remeh hanya karena dirinya seorang wanita. Banyak orang yang memandang wanita hanya sebagai pemanis dalam sebuah startup.


“Saya sendiri tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Malah saya menjadi tertantang untuk membuktikan kalau saya punya sesuatu yang lebih dari yang mereka kira,” ujar Dhini.


Namun Dhini mengingatkan kalau wanita juga harus berusaha membuat diri mereka berharga dalam segala hal, bukan hanya penampilan. “Kita harus akui kalau penampilan itu fana. Setiap wanita lambat laun pasti akan jelek. Karena itu kita harus mempunyai nilai tambah di luar penampilan,” tutur Dhini.


Baca juga: 8 Wanita di Bawah Usia 30 Tahun yang Menentukan Masa Depan Startup Teknologi di Indonesia


Kekuatan tim adalah yang utama


Tety Sianipar (CTO KErjabilitas)

Tety Sianipar (CTO Kerjabilitas)



Kerjabilitas adalah sebuah startup yang bisa membantu orang-orang dengan disabilitas untuk mendapat pekerjaan. Sebagai CTO dari startup tersebut, Tety harus memimpin tim developer yang terdiri atas seorang pria dan seorang wanita. Untuk menjadi pemimpin yang baik, menurutnya seorang wanita wajib menunjukkan kemampuannya sebaik mungkin, dan tampil percaya diri.


“Kita tidak bisa meminta seorang bawahan untuk menghormati kita, namun rasa hormat tersebut akan datang dengan sendirinya apabila kita memperlihatkan kepemimpinan yang baik,” ujar Tety.


Menurut Tety, kekuatan tim adalah salah satu hal yang penting dalam membangun startup. Namun bukan berarti setiap anggota dari tim tersebut harus mempunyai pemikiran yang sama.


“Contohnya dalam soal LGBT, bisa jadi ada anggota tim yang mendukung, sedangkan ada pula yang menolak. Namun mereka tetap bisa menjadi tim yang baik selama mereka bisa menghargai setiap pendapat yang ada,” tutur Tety.


(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)


The post Pesan 4 “Kartini” di Dunia Startup untuk para Wanita Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar