Blogger templates

Minggu, 24 April 2016

Review The Banner Saga 2 – Anai-Anai yang Bertebaran

Tidak banyak game yang membuat manusia sadar bahwa kita hanyalah makhluk kecil yang ketika berkumpul dalam jumlah besar pun masih tidak ada apa-apanya dibandingkan sosok atau zat yang lebih besar dan kuat daripada kita di luar sana. Memang ada game seperti Dark Souls, Bloodborne, Shadow of the Colossus, ataupun Jotun yang mencoba menunjukkan betapa kecilnya manusia di alam semesta, tapi seluruh game itu disajikan dari sudut pandang individu melawan sosok besar di kehidupan.


The Banner Saga mencoba menggambarkan apa yang juga dilakukan oleh judul-judul yang saya sebutkan, tapi membawanya ke tahap lebih ekstrem: Bagaimana jika ratusan manusia dan makhluk mitos lainnya harus melakukan perjalanan jauh demi melarikan diri dari amarah dewa yang mengamuk?


Sebelumnya, cek dulu review The Banner Saga pertama di sini!


Tema ini dilanjutkan langsung dari game pertamanya ke The Banner Saga 2, sebuah sekuel yang menyajikan kisah dan petualangan yang lebih epik dari pendahulunya. Tapi apakah tema ini mampu dieksekusi dengan baik oleh Stoic selaku developer? Dan apakah The Banner Saga 2 cukup terbuka bagi orang yang belum memainkan game pertamanya? Temukan jawabannya di bawah ini.


The Banner Saga 2 | Screenshot 1


Saga Berlanjut


Angka dua di judul The Banner Saga 2 betul-betul memiliki makna harfiah. Game ini adalah sebuah sekuel yang benar-benar sekuel. Apa maksudnya? Segala elemen dari The Banner Saga 2, baik itu gameplay, musik, ataupun visual merupakan peningkatan langsung dari yang sudah ada di The Banner Saga pertama.


Cerita yang disajikan pun merupakan lanjutan langsung dari akhir The Banner Saga yang berakhir dengan penutup yang membuat pemainnya penasaran. Makanya jangan heran kalau begitu kamu memulai The Banner Saga 2, akan muncul tulisan “Chapter 8.”


The Banner Saga 2 | Screenshot 2


Apakah itu berarti The Banner Saga 2 bukanlah game yang cocok untuk dimainkan pemain baru? Tergantung tipe pemain seperti apa kamu. Di menu utama game ini sendiri disediakan rangkuman cerita dari The Banner Saga pertama, jadi kamu tidak akan sepenuhnya buta akan cerita di sekuelnya. Kalau cerita bukanlah hal yang penting menurutmu, rangkuman yang disediakan seharusnya sudah cukup membantu.


Tapi, pernah memainkan game pertama jelas akan membuat pengalaman bermainmu jadi lebih maksimal. Tidak hanya progres yang kamu dapatkan dari game pertama akan tersimpan dan bisa dilanjutkan di game kedua, tapi ada juga bonus-bonus tersendiri yang bisa kamu peroleh. Melanjutkan cerita dari game pertama juga memberikan koneksi tersendiri antara pemain dan karakter dalam game, sesuatu yang cukup sulit diwujudkan jika kamu langsung terjun ke The Banner Saga 2.


The Banner Saga 2 | Screenshot 3


Hijrah dan Peperangan


Berbicara soal gameplay, ada dua elemen permainan utama yang akan kamu temukan di The Banner Saga 2. Bagian pertama adalah pertarungan strategi ala RPG strategi seperti Final Fantasy Tactics. Dalam pertarungan ini, kamu akan menghadapi pasukan musuh yang gilirannya bebas kamu atur dan pemain berjalan secara bergantian, memberikan keseimbangan tersendiri di medan perang.


The Banner Saga 2 | Screenshot 4


Ada enam karakter yang bisa kamu bawa ke medan perang. Karakter-karakter yang kamu pilih mewakili ras dan kelas masing-masing. Ada manusia, Varl yang merupakan semacam raksasa bertanduk, dan juga Horseman yang merupakan manusia setengah kuda ala mitos Eropa. Sedangkan untuk kelas, ada karakter pemanah, karakter tank yang biasanya diwakili oleh ras Varl, petarung jarak pendek, petarung dengan tombak, serta penyihir yang perannya kurang begitu signifikan di medan perang untuk game kedua ini.


Perbaikan paling positif yang dapat kamu temukan di The Banner Saga 2 adalah adanya fitur Pillage. Jika di game sebelumnya ketika musuh tinggal tersisa satu pertarungan tetap berjalan bergantian, maka kini urutan bergerak langsung diubah menjadi keroyokan untuk mempercepat jalannya peperangan. Hal ini membuat kesempatan untuk memutar balik keadaan jadi lebih susah.


The Banner Saga 2 | Screenshot 5


The Banner Saga 2 juga masih memiliki gameplay ala The Oregon Trail di mana kamu harus mengatur rombongan untuk melakukan perjalanan jauh. Hal yang perlu kamu perhatikan adalah jumlah penduduk dan petarung, moral dari rombonganmu, serta apakah stok makanan akan cukup sampai tujuan.


Sepanjang perjalanan, akan muncul berbagai event secara acak. Berbagai event ini hadir dalam wujud teks dengan kualitas penulisan bak novel papan atas. Kamu kemudian akan diberikan pilihan yang hasilnya akan pun bervariasi. Bisa saja moral rombonganmu meningkat atau turun, kamu mendapatkan item atau kehilangan suplai makanan, jumlah rombonganmu berkurang atau bertambah, atau bahkan kamu tiba-tiba harus terjun ke medan perang.


The Banner Saga 2 | Screenshot 6


Event yang muncul dibuat begitu acak. Bahkan seandainya kamu menemukan sebuah event, kemudian mengulang  game dari save point terakhir, kemungkinan besar kamu tidak akan menemukan event yang sama. Hal ini membuat pengalaman bermain The Banner Saga 2 menjadi selalu unik dan berbeda.


Lebih Mudah


Jika ditanya apa perbedaan paling signifikan dari The Banner Saga pertama dan kedua, jawabannya adalah dari tingkat kesulitan. Ketika memainkan The Banner Saga pertama, hampir setiap momen yang saya lalu penuh dengan pengalaman mendebarkan.


The Banner Saga 2 | Screenshot 7


Pertarungan terjadi dengan intens, sedangkan perjalanan berlangsung dengan stok makanan yang sangat terbatas. Selain itu, setiap event acak yang saya temukan bisa saja memiliki efek berbahaya bagi anggota perjalanan. Entah berapa kali saya kehilangan petarung hanya karena salah memilih keputusan di game pertama.


Sensasi yang sama tidak saya temukan di The Banner Saga 2. Segala fitur dan konsekuensi yang ada tetap sama, namun dengan intensitas yang jauh lebih ringan. Meskipun ini membuat permainan jadi lebih santai dan memberikan saya lebih banyak ruang untuk mengapresiasi indahnya audio visual game ini serta betapa epiknya cerita yang disajikan, rasanya tetap ada suatu hal yang kurang.


The Banner Saga 2 | Screenshot 8


Lukisan Bergerak, Orkestra Portabel


Dua hal yang tidak perlu diragukan dari The Banner Saga adalah kualitas visual dan musik yang diusung game ini. Game masih memiliki animasi yang halus dengan gaya gambar yang mengingatkan saya akan animasi pertengahan abad 20, tapi digabung dengan lukisan lanskap indah yang biasa kita temui secara acak di toko seni.


Seperti yang saya sebutkan di pembuka review ini, melalui visualnya The Banner Saga 2 sukses menunjukkan betapa kecil dan tidak berartinya hidup kita dibandingkan dunia yang begitu besar dan makhluk-makhluk ataupun zat yang lebih tua dan agung dari kehidupan kita yang singkat dan kecil ini.


The Banner Saga 2 | Screenshot 9


Rasanya begitu menenangkan setiap kali memandangi layar yang diisi indahnya visual di The Banner Saga 2. Meskipun harus saya akui, beberapa trik yang digunakan untuk menyajikan visual yang keren lama-kelamaan bisa membuat kamu bosan jika dipandangi terlalu lama dan sering.


Untuk urusan musik, The Banner Saga 2 masih ditangani oleh Austin Wintory yang bertanggung jawab atas musik di Journey, Assassin’s Creed Syndicate, dan tentu saja The Banner Saga pertama. Musik penuh tabuhan genderang perang serta suara vokal bersahutan bisa membangkitkan semangatmu ketika harus terjun ke medan perang. Tidak banyak yang perlu dikomentari dari musik yang disajikan Austin Wintory, karena musik gubahannya hampir pasti bisa menggambarkan atmosfer yang ada dengan sangat baik.


The Banner Saga 2 | Screenshot 10


Kesimpulan


The Banner Saga 2 adalah sebuah game yang baru bisa kamu nikmati secara maksimal jika kamu memainkan prekuelnya. Tapi kalau kamu bukan orang yang terlalu sensitif untuk urusan cerita, maka langsung terjun ke game keduanya pun harusnya tidak menjadi masalah besar.


Dengan harga murah yang ditawarkan, The Banner Saga 2 adalah sebuah petualangan epik yang sangat sayang untuk dilewatkan. Terutama jika kamu menyukai kultur dan mitos Eropa Timur, pertarungan strategi yang memerlukan pemikiran kritis, serta menggemari hal-hal yang dapat memanjakan mata dan telinga.




The post Review The Banner Saga 2 – Anai-Anai yang Bertebaran appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar