Blogger templates

Rabu, 30 Maret 2016

Ethereum Siap Menantang Bitcoin dalam Persaingan Menjadi Mata Uang Virtual Terbesar

Sejak diperkenalkan pada tahun 2009, mata uang virtual Bitcoin telah banyak menarik minat para pengguna internet, termasuk di Indonesia. Banyak pihak yang coba menyaingi popularitas Bitcoin, namun belum ada yang berhasil melakukannya.


Hingga pada tahun 2014, Vitalik Buterin, yang waktu itu masih berusia 20 tahun, berinisiatif membuat sebuah platform bernama Ethereum. Platform tersebut pun mempunyai mata uang virtual seperti Bitcoin, yang diberi nama Ether. Dengan bantuan beberapa rekannya, ia berhasil meraih dana sebesar US$18 juta (sekitar Rp 241 miliar) secara crowdfunding untuk mendanai pengembangan platform tersebut.


Saat ini, nilai seluruh Ether di dunia sudah mencapai angka US$905 juta (sekitar Rp12 triliun). Jauh mengungguli mata uang virtual lainnya, seperti Ripple (U$261 juta / sekitar Rp3,5 triliun) dan Litecoin (US$147 juta / sekitar Rp1,9 triliun). Ether hanya kalah dari Bitcoin yang nilai totalnya saat ini mencapai US$6,5 miliar (sekitar Rp87 triliun).


Joseph Bonneau, seorang peneliti mata uang virtual di Universitas Stanford, mengatakan kalau Ether adalah satu-satunya mata uang virtual yang menarik minatnya selain Bitcoin.


“Bitcoin saat ini masih tetap yang utama, namun Ethereum jelas merupakan yang kedua setelah Bitcoin,” ujar Joseph.


Mengandalkan fitur Smart Contract


Sistem Block Chain yang digunakan Bitcoin dan Ethereum

Sistem Block Chain yang digunakan Bitcoin dan Ethereum



Bitcoin dan Ethereum sebenarnya sama-sama menggunakan sistem bernama Block Chain. Dalam sistem Block Chain ini, pencatatan data dan transaksi dilakukan di banyak server yang saling terhubung satu sama lain. Dengan begitu, bila ada satu server yang mengalami kerusakan, data tetap bisa diakses di server-server yang lain.


Hal yang membedakan Ethereum dari Bitcoin adalah penerapan Smart Contract, yang memungkinkan kamu untuk memprogram transaksi, sebelum kamu melakukannya. Contohnya, kamu bisa membuat program arisan yang akan secara otomatis memindahkan Ether milik setiap peserta ke akun pemenang setiap bulannya.


Fitur Smart Contract inilah yang menurut Joseph Lubin, Co-Founder Ethereum, tidak diakomodasi oleh Bitcoin. “Bitcoin telah menampilkan sebuah visi besar, dan Ethereum hadir untuk memperjelas bagaimana cara mewujudkan visi tersebut,” ujar Lubin.


Penerapan dari Smart Contract ini dikumpulkan dalam situs Dapps. Di sana, kamu bisa melihat berbagai proyek yang dibuat oleh developer dengan platform Ethereum, seperti pembuatan sistem crowdfunding, sistem peminjaman uang, dan juga sistem perjudian.


Ethereum 2


Sejauh ini, platform Ethereum sudah didukung oleh 6.400 server yang saling terhubung. Angka ini tidak berbeda jauh dengan server pendukung Bitcoin yang jumlahnya ada 7.400.


Untuk bisa mendapatkan Ether, kamu bisa menukarkan uang dalam bentuk Dolar atau Pound lewat penjual mata uang virtual seperti Kraken dan Bittylicious.


Dilirik oleh perusahaan besar


Pengembangan Etherium saat ini memang masih dalam tahap awal, ditandai dengan versi lengkap pertama mereka yang baru diluncurkan akhir Februari 2016 lalu. Namun dengan potensi yang dimiliki oleh Ethereum, beberapa perusahaan besar telah mencoba untuk menggunakannya.


Tahun 2015 silam, IBM bekerja sama dengan Samsung untuk membuat sistem Internet of Things bernama ADEPT. Di dalamnya, IBM menerapkan konsep Smart Contract dari Ethereum.


Baca juga: Masa Depan Pembayaran Indonesia, Ada di Kartu Kredit atau Bitcoin?


Marley Gray, Direktur bidang Pengembangan dan Strategi Bisnis di Microsoft, juga mengatakan kalau dengan Ethereum kamu bisa memecahkan banyak masalah di dunia industri dengan baik. “Ini adalah solusi paling elegan yang kami lihat sampai sekarang,” ujar Gray.


Ditanggapi dengan apatis oleh pengguna Bitcoin


Perkembangan Ethereum ditanggapi dingin oleh beberapa pihak yang sudah menggunakan Bitcoin. Chris DeRose, Community Director untuk Counterparty, sebuah pengembang platform yang memanfaatkan jaringan Bitcoin, bahkan mencurahkan unek-uneknya di Twitter.




Menurut Chris, sistem Smart Contract yang ditawarkan Ethereum tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini langsung mendapat balasan dari Mark Wilcox, salah satu investor di Ethereum, yang kemudian memicu perdebatan antara keduanya.



Sejauh ini, Ethereum memang belum mendapat banyak tantangan baik dalam hal keamanan maupun potensi penipuan yang dilakukan oleh pengguna mereka. Karena itu, mereka perlu membuktikan kalau mereka bisa menjadi sistem yang tak hanya bermanfaat, tetapi juga aman digunakan.



Dengan perkembangan Ethereum yang begitu pesat, tidak mustahil kalau di kemudian hari mereka juga akan dikenal secara luas seperti Bitcoin. Namun untuk bisa mencapai prestasi tersebut, mereka harus terlebih dahulu membuktikannya dengan membuat produk yang memecahkan masalah banyak orang.


(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)


The post Ethereum Siap Menantang Bitcoin dalam Persaingan Menjadi Mata Uang Virtual Terbesar appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar