Situs e-commerce yang didirikan oleh Telkom dan eBay, Blanja, baru-baru ini mendapat sebuah berita yang menggembirakan. Teguh Wahyono, Presiden Direktur Telkom Metra, mengatakan kalau tahun ini akan ada pendanaan tambahan untuk Blanja sebesar US$25 juta (sekitar Rp330 miliar). Telkom Metra sendiri akan menyumbang US$15 juta (sekitar Rp198 miliar), sedangkan sisanya akan diberikan oleh eBay.
Angka ini tentunya sangat kecil apabila kita membandingkannya dengan akuisisi Alibaba terhadap Lazada yang bernilai US$1 miliar (sekitar Rp13 triliun). Jumlah tersebut bahkan masih di bawah pendanaan terbaru Tokopedia yang dikabarkan mencapai angka US$147 juta (sekitar Rp1,9 triliun). Lalu dengan jumlah pendanaan yang lebih kecil, bagaimana Blanja bisa bersaing dengan e-commerce besar lainnya yang beroperasi di tanah air?
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, Tech in Asia pun langsung menemui Aulia E. Marinto, CEO dari Blanja. Dalam kesempatan tersebut, beliau memberikan “bocoran” tentang bagaimana sebenarnya strategi Blanja agar bisa menjadi e-commerce terdepan di tanah air.
”Amunisi” perlombaan maraton
Aulia merupakan sosok yang cukup berpengalaman di dunia digital. Di tahun 2000an, ia telah membantu Telkomsel dalam membuat layanan seperti MMS dan WAP, serta pengembangan jaringan GPRS dan HSDPA. Pada tahun 2012, ia kemudian ditugaskan untuk membangun Blanja, yang akhirnya diluncurkan secara resmi pada akhir tahun 2014.
“Sejak awal mendirikan Blanja, kami telah berniat untuk menjadi e-commerce kelas atas,” ujar Aulia mengawali pembicaraan kami.
Namun alih-alih meniru strategi MatahariMall yang langsung berlari kencang mengejar e-commerce lain yang sudah terkenal seperti Tokopedia dan Lazada, Blanja justru memulai petualangan mereka dengan sangat perlahan. Sepanjang tahun 2015, Aulia mengatakan kalau mereka baru mencoba untuk fokus dalam pengembangan tim, penyempurnaan platform, memperbanyak kategori produk yang dijual, serta memperbaiki strategi pemasaran dan aktivitas operasional.
“Belum ada cerita yang ingin kami sampaikan di tahun 2015,” tutur Aulia.
Menurut Aulia, persaingan untuk menjadi e-commerce terbesar di tanah air bukanlah perlombaan lari jarak dekat yang akan selesai dalam satu atau dua tahun. “Ini adalah sebuah lomba lari maraton yang puncaknya baru akan terjadi sekitar tiga atau lima tahun lagi,” ucap Aulia.
Sang CEO pun mengatakan kalau ada beberapa e-commerce di Indonesia yang tidak memahami hal tersebut. “Akhirnya, baru beberapa tahun beroperasi, mereka sudah mulai ‘kehabisan nafas.’ Kami tidak ingin menjadi e-commerce yang seperti itu,” ujar Aulia.
Baca juga: Benarkah Indonesia Sedang Menyiapkan Perusahaan E-commerce Milik Pemerintah?
Tahun pembuktian
Aulia mengatakan kalau Blanja mempunyai pertumbuhan yang cukup baik. “Kami saat ini mempunyai enam hingga tujuh ribu penjual, dengan jutaan produk yang tersedia di platform kami,” jelasnya.
Memasuki tahun 2016, barulah Blanja akan mulai tampil di hadapan masyarakat Indonesia. “Pendanaan sebesar US$25 juta dari Telkom Metra dan eBay hadir di waktu yang tepat, di saat kami memang ingin mulai bersuara,” ujar Aulia. Sejauh ini, Blanja baru mendapat satu kali pendanaan di awal kemunculannya sebesar US$17 juta.
Aulia menjelaskan kalau saat ini pendanaan yang dijanjikan Telkom Metra tersebut masih dalam proses dan belum diterima oleh Blanja. Namun setelah pendanaan tersebut mereka terima, Blanja akan menggunakannya untuk menambah jumlah tim dan melakukan promosi besar-besaran.
“Mulai tahun ini, kami akan memasang iklan di billboard, televisi, dan radio,” ujarnya. Selain itu, mereka juga akan tetap aktif mengenalkan konsep jual beli online kepada para Usaha Kecil dan Menengah (UKM) secara offline. Seluruh hal tersebut mereka lakukan demi mencapai target kenaikan pendapatan alias Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 3 kali lipat pada tahun 2016 ini.
Blanja juga akan segera meluncurkan sebuah aplikasi mobile. Aulia tidak mengatakan tanggal pastinya, namun kemungkinan besar mereka akan meluncurkannya saat merayakan ulang tahun kedua mereka di bulan Desember 2016 nanti. “Saat ini, kami telah menghapus aplikasi tiruan Blanja yang ada di Google Play,” ujar Rieka Handayani, PR Digital Manager dari Blanja yang mendampingi Aulia.
Baca juga: Kumpulan Toko Online Populer di Indonesia
Bantuan dari dua “orang tua”
Aulia menerangkan kalau Blanja merupakan e-commerce yang cukup beruntung, karena mereka memiliki dua perusahaan besar sebagai pemilik mereka. “Dengan begitu, kami bisa memanfaatkan data pelanggan dan koneksi luas yang dimiliki oleh Telkom. Di sisi lain kami juga mendapat bantuan dalam hal teknologi dan operasional dari eBay,” jelas Aulia.
Meski begitu, perjalanan Blanja untuk menjadi e-commerce besar tentu tak lepas dari hambatan. Aulia menyebutkan kalau sistem pembayaran dan logistik adalah beberapa tantangan besar yang harus mereka hadapi. Untuk mengatasinya, mereka pun aktif menjalin kerja sama dengan beberapa bank dalam hal pembayaran, serta dengan PT. Pos dalam hal logistik. “Dalam kerja sama tersebut kami selalu memberikan masukan yang positif agar mereka bisa terus memperbaiki layanan mereka,” ujar Aulia.
Selain itu, Blanja juga punya tantangan dalam hal perekrutan developer yang berkualitas. “Beberapa startup mengambil jalan pintas dengan cara merekrut developer asing. Namun kami tidak akan melakukan hal seperti itu. Kami percaya kalau dengan pengelolaan yang baik, developer Indonesia juga mampu membuat sebuah platform yang baik,” tutur Aulia.
Menurut Aulia, persoalan terkait sedikitnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang teknologi informasi (IT), adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia. “Pemerintah kita sering membuat program-program yang baik. Namun kebanyakan dari program tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang nyata bagi ekosistem startup di tanah air,” pungkasnya.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post Inilah Strategi Blanja agar Bisa Bersaing dengan para Raksasa E-commerce Tanah Air appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar