Blogger templates

Minggu, 13 Maret 2016

Review Momodora: Reverie Under the Moonlight – Bahaya di Balik Dunia yang Indah

Momodora: Reverie Under the Moonlight adalah game keempat dari seri game side-scrolling platformer indie yang dimulai tahun 2010 oleh rdein. Walaupun merupakan game keempat, game di seri ini tidak saling berhubungan, sehingga kamu tidak perlu memainkan game sebelumnya untuk menikmati entri yang satu ini.


Saya sendiri belum pernah mendengar tentang seri Momodora sebelum memulai Reverie Under the Moonlight, jadi ketika saya mulai bermain, saya melempar diri buta ke dunia yang sama sekali belum saya kenal ini.


Momodora keempat dimulai tanpa basa-basi. Kamu memainkan gadis imut bertudung yang baru memasuki suatu hutan. Dialog pembukanya, secara tidak langsung, memberi tahu latar belakang perjalananmu: sebuah kutukan menyerang desamu dan kamu sedang dalam perjalanan untuk membasminya. Begitu saja sebagai pembuka, dan setelahnya kamu langsung dibiarkan untuk melanjutkan perjalanan sendiri.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot 1


Secara garis besar, Momodora merupakan platformer klasik. Di beberapa lokasi pertama, akan ada informasi tentang beberapa tombol untuk membuka menu, bergerak, melompat, dan menyerang. Cukup begitu saja “tutorial” dari game ini, dan setelahnya harus dicari tahu sendiri.


Mungkin hal tersebut terdengar standar untuk game platformer, toh kebanyakan pemain pasti sudah mengerti cara bermain. Tapi, ada satu hal yang tidak dipaparkan sama sekali di awal: Momodora adalah game yang brutal.


Bahaya di Balik Batu


Kebrutalan ini mungkin tidak langsung terlihat, apalagi di level pertama. Grafis piksel yang indah dan suara yang mendukung berhasil menyampaikan atmosfer level pertama sebagai sebuah hutan yang tenang, lengkap dengan nyanyian burung dan rumput yang tertiup angin sepoi-sepoi.


Beberapa pemain, seperti saya, mungkin akan terbawa suasana dan mulai bermain dengan santai. Musuh-musuh yang ada juga sepertinya tidak begitu sulit. Tetapi, tanpa disadari damage yang saya dapat menumpuk, dan belum sampai ke mana pun, muncul layar Game Over yang memaksa saya kembali mengulang ke save point sebelumnya.


Pantang menyerah, saya mencoba lagi. Layar itu muncul kembali. Dicoba lagi, gagal lagi, lagi, dan lagi.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Animate


Akhirnya, dari permulaan yang santai, saya mulai was-was. Setiap serangan sudah diperhitungkan, setiap lompatan diprediksi hasilnya, setiap musuh dihafalkan tempat munculnya karena mereka selalu muncul di tempat yang sama dan menyerang dengan cara yang sama.


Bagi pemain baru seperti saya, butuh beberapa waktu untuk mengetahui bahwa Momodora ini merupakan permainan yang membutuhkan ketepatan, kehati-hatian, dan jiwa yang pantang menyerah. Satu atau dua kesalahan mungkin bukan masalah, tapi tiga atau empat, dan dunianya tidak akan memaafkanmu.


Sayangnya, Momodora tidak peduli apakah kamu sudah mahir atau masih pemula. Bagi yang benar-benar baru dan belum mengenal cara kerja game ini dengan jelas, tidak ada rasa kemenangan yang dalam ketika melewati rintangan yang sulit, dan tidak ada yang memisahkan tumpukan layar Game Over itu dari rasa frustrasi.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot 3


Tetapi kalau kamu pantang menyerah, atau mungkin bisa mahir dengan cepat, lama-kelamaan kamu akan terbiasa dengan cara kerja dunia dalam game ini. Kamu akan tahu bagaimana menghindari musuh atau musuh macam apa yang harus dihindari, bagaimana cara yang tepat untuk melompat dan melewati rintangan, serta harus seberapa hati-hati sampai bisa melewati lokasi tertentu.


Dijamin layar Game Over akan makin jarang terlihat, dan save point yang jauh pun tidak terasa sebagai sumber kefrustrasian. Jika keahlian bertahan hidup sudah dikuasai, saatnya memenuhi rasa ingin tahu.


Dunia Indah yang Mencekam


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot PNG (1)


Dunia Reverie Under the Moonlight dibuat dari grafis piksel beresolusi rendah yang tidak akan terlihat aneh di console tahun 90-an. Tetapi, walaupun terlihat seperti teknologi lama, grafis game ini tampak sungguh cantik. Ada begitu banyak detail yang bisa dilihat.


Kamu bisa melihat daun yang melambai, bulan yang menyala di latar belakang, ataupun pantulanmu di atas danau. Animasinya lancar dan menyampaikan gerakkan dengan sempurna. Setiap bagian dari dunia Momodora terlihat seperti lukisan piksel yang dilukis dengan tangan oleh seniman yang menyayangi karyanya.


Hanya dengan dukungan grafis yang cantik ini, akan ada kesenangan tersendiri dari penjelajahan dan akan muncul keinginan untuk melihat semua yang sudah dilukis dalam dunia Momodora: Reverie Under the Moonlight .


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot 6


Ada berbagai area yang bisa dijelajahi dalam Reverie Under the Moonlight, dan mereka semua memiliki grafis yang unik selagi juga tersambung dalam peta yang sama.  Seperti game platformer berbasis eksplorasi pada umumnya, tidak semua tempat bisa langsung dimasuki. Beberapa ditutup dengan pintu yang terkunci atau membutuhkan kemampuan yang belum dipelajari.


Mungkin juga pintu masuk tempat yang kamu tuju ada di tempat lain, sehingga harus melewati jalan memutar dahulu. Karena semua area tergabung dalam peta yang sama, dan peta ini bercabang-cabang dalam dua dimensi, terkadang kamu harus kembali melewati tempat-tempat yang sudah dilalui sebelumnya.


Tetapi, berjalan bolak-balik di game ini pun tidak terasa membosankan. Di satu sisi, grafisnya indah dan tidak akan bosan untuk dilihat berulang-ulang, dan di sisi lain, setiap area tetap merupakan tantangan setiap kali dilalui. Pemain tetap perlu selalu waspada terhadap lingkungannya. Jika kamu menganggap remeh suatu tempat karena sudah berkali-kali melewatinya, game ini akan menghantammu balik.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot PNG (2)


Dari segi cerita, pada dasarnya Reverie Under the Moonlight bukan sesuatu yang baru. Kamu bermain sebagai Kaho, gadis pendeta dari suatu desa yang terkena kutukan.


Untuk bisa menghilangkan kutukan tersebut, ia melakukan perjalanan ke Kota Karst, latar dari mayoritas game ini, untuk menemui Sang Ratu. Ia lalu menemukan bahwa kutukan yang menimpa desanya memang berasal dari kota tersebut, dan telah menyebarkan ketakutan, bahaya, dan kesuraman ke berbagai penjuru.


Walaupun ceritanya biasa saja, atmosfer yang mengelilinginya ditampilkan dengan sangat baik. Selain area pertama yang mengecoh, dunia yang sudah dilukis di sini terasa suram, gelap, dan berbahaya. Tidak ada humor atau setitik kebahagiaan.


Karakter-karakter yang kamu temui pun antara merasa takut dan kesulitan, atau bertekad kuat untuk bertahan. Tampilannya cantik dan ada banyak karakter yang terlihat manis, tetapi dunia dalam game ini bukan tempat yang bahagia.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot 4


Atmosfernya yang mengancam juga didukung dengan gameplay yang brutal. Seperti yang sudah disebutkan di atas, kamu akan sangat perlu berhati-hati ketika bermain. Selalu ambil asumsi bahwa akan ada musuh dan bahaya di balik setiap dinding. Bahkan sebelum berbicara dengan karakter lain kamu mungkin perlu menembak atau menyerang dahulu kalau-kalau mereka ternyata musuh.


Mengubah Tingkat Kesulitan


Bagi para pemain kasual yang tidak mampu memainkan game ini secara utuh, jangan khawatir, karena dari awal permainan kamu bisa memilih tingkat kesulitan antara easy, normal, dan hard. Normal sepertinya merupakan tingkat kesulitan yang diniatkan pembuatnya, atau dalam kata lain, tingkat ini sulit, sangat sulit untuk pemain biasa.


Momodora Reverie Under the Moonlight | Screenshot PNG (3)


Jika kamu hanya tertarik dengan grafis atau eksplorasinya, kamu bisa bermain dengan mode easy. Tetapi mode ini sangat sangat mudah, sehingga mungkin bisa merusak atmosfer mengancam yang sudah dibentuk oleh grafis dan suara. Tingkat hard ada untuk mereka yang sudah mahir dan menginginkan permainan yang lebih menantang.


Sayangnya tingkat kesulitan ini tidak bisa diganti dalam permainan, jadi jika ingin bermain dengan tingkat yang berbeda, kamu harus memulai semuanya dari awal. Itu mungkin terdengar seperti suatu masalah, tapi Reverie Under the Moonlight tidak memakan waktu yang lama sampai selesai. Dunia yang bisa dijelajahi, dibandingkan dengan game eksplorasi lain, terasa kecil.


Jika kamu tidak terlalu payah, mungkin dalam dua jam kamu sudah melihat lebih dari setengah keseluruhan peta. Tetapi, dengan dunia yang seindah ini, kamu mungkin akan tertarik untuk berjalan-jalan, mencari tantangan yang belum dipenuhi, berburu benda yang bisa dikoleksi, atau mungkin bermain ulang dari awal dengan setelan kesulitan yang berbeda.


Momodora: Reverie Under the Moonlight | Screenshot 5


Kesimpulan


Secara garis besar, saya sangat merekomendasikan Momodora: Reverie Under the Moonlight untuk para pecinta platformer yang menyukai tantangan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Bagi mereka yang menyukai gaya retro atau seni piksel, game ini juga sangat layak untuk dicoba.


Tetapi, bagi kebanyakan pemain dan mereka yang belum terbiasa dengan platformer klasik, mungkin harus was-was. Tidak ada setelan di antara tingkat kesulitan normal yang brutal dan easy yang saking mudahnya sampai membuat malu. Jika tidak bisa mahir atau memahirkan diri, dan tidak mau menyentuh mode easy, game ini jelas tidak akan terasa menyenangkan.



The post Review Momodora: Reverie Under the Moonlight – Bahaya di Balik Dunia yang Indah appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar