Beberapa hari setelah meluncurkan layanan GO-CAR untuk bersaing dengan Grab dan UBER, CEO dan Founder GO-JEK, Nadiem Makarim menghebohkan dunia maya dengan sebuah video—sayangnya video tersebut sudah dibuat menjadi private—yang berisi beberapa pesan.
Pertama, Nadiem dengan terang-terangan mengajak para Driver dari Grab dan UBER untuk pindah menjadi Driver GO-CAR. Kedua, Nadiem mengklaim, “Dengan tarif gross Rp2.500/km, bonus harian sampai Rp100.000, dan puluhan ribu (pesanan) GO-FOOD dan GO-MART, kami menjadi opsi terbaik di Jakarta.”
Ketiga, Nadiem mengatakan bahwa dengan menjadi Driver GO-JEK, “Anda sudah menjadi pahlawan jalanan di Jakarta, jangan lupakan itu. Namun jika Anda punya keinginan membela negara, jika Anda punya semangat ‘45 yang ingin berkobar, gabunglah dengan Karya Anak Bangsa.”
Video tersebut bukan kali pertama yang dibuat oleh Nadiem untuk mengajak para Driver dari kompetitor untuk beralih. Strategi serupa sempat dilakukan oleh GO-JEK saat Grab meluncurkan Grab Bike, yang layanannya serupa dengan GO-JEK.
Mengajak masyarakat untuk mencintai dan memakai produk lokal memang tindakan yang baik, asal dilakukan dengan konteks yang sesuai. Namun dalam video tersebut, terlihat jelas bahwa GO-JEK memanfaatkan nasionalisme untuk menarik perhatian Driver kompetitor. Sehingga strategi tersebut bukannya mendapat respons positif, tetapi malah menuai banyak protes dari netizen. Berikut adalah beberapa kicauan dari netizen.
Norak. Pake Grab-Uber aja ah. RT @kompascom: Nadiem ke “Driver” Grab-Uber, Gabung Gojek Jika Mau Bela Negara https://t.co/5ggDFKwF2W
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) April 21, 2016
I’m a fan of Gojek’s business model.
But not their marketing strategy.— Ario Pratomo (@sheggario) April 22, 2016
Sumpah ya. Marketing gitu-gitu amat. Dulu go-jek juga sempat menunggangi tragedi bom sakinah buat promosi. Cih
— Efan Ferdianto (@efanferd) April 21, 2016
Sebagai informasi tambahan tentang GO-JEK. Beberapa waktu lalu, perusahaan ini melakukan akuisisi terhadap dua perusahaan developer asal India. Tindakan tersebut diambil untuk membantu mengembangkan aplikasi GO-JEK.
Kemudian dari sisi finansial, GO-JEK sendiri telah mendapat bantuan dana dari beberapa investor dari luar negeri. Seperti NSI Capital yang berasal dari Singapura dan Sequoia Capital dari AS.
Jadi pertanyaan yang muncul setelah kejadian ini adalah, apakah GO-JEK akan menggunakan “kartu” sama yang telah “ternodai”?
Baca juga: Bagaimana Aplikasi On-Demand Bisa Meraih Keuntungan?
UBER bereaksi
Menanggapi video tersebut, melalui blog resminya, UBER mengungkapkan bahwa mereka “sangat senang dengan kompetisi.”
Kompetisi dan pilihan artinya kami harus konsisten untuk menciptakan inovasi demi meningkatkan pelayanan dan kualitas kami.
Melalui sumber yang sama, UBER juga berpesan agar masyarakat Indonesia menggunakan hak mereka untuk memilih moda transportasi “yang lebih terjangkau dan lebih aman dengan bantuan teknologi.”
Sedangkan dari pihak Grab, sampai sekarang belum memberikan tanggapan secara resmi melalui blog mereka.
(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post Kampanye “Bajak Driver” dari CEO GO-JEK Mendapat Respons Negatif appeared first on Tech in Asia Indonesia.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar