Blogger templates

Sabtu, 27 Februari 2016

Kasus Penarikan Epic War VI dari Google Play, Sebuah Pelajaran Besar untuk para Developer yang Menjual Game Secara Digital

ArtLogic Games, developer game lokal asal Kota Pahlawan yang belum lama ini merilis Epic War untuk Android, beberapa waktu yang lalu sempat dibuat pusing karena game mereka ditarik oleh Google. Tampaknya seorang pengguna Android melaporkan bahwa Epic War untuk Android merupakan versi tidak sah dari game serupa yang telah hadir terlebih dahulu di web.


Menurut Rudy Sudarto, Founder dan CEO dari ArtLogic Games, kesalahpahaman ini muncul dari nama penerbit yang berbeda untuk Epic War versi web dan Android. Versi web secara jelas mencantumkan nama ArtLogic Games dalam keterangan game, sedangkan versi Android hanya menyebutkan Gimku sebagai penerbit dalam informasi di Google Play. Padahal, Gimku adalah nama dari penerbit game yang sama-sama didirikan oleh Rudy.


Atas laporan tersebut, Google memutuskan untuk menarik Epic War dari Google Play tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada penerbit. Apabila ArtLogic Games ingin agar Epic War kembali tampil di Google Play, mereka harus memberikan bukti bahwa Gimku merupakan penerbit sah dari Epic War versi Android.


Tech in Asia telah mencoba meminta komentar dari Google atas kejadian ini. Sayangnya, mereka menolak memberikan komentar terhadap kasus spesifik yang terjadi di Google Play dan menyebutkan tindakan mereka sudah sesuai dengan kebijakan konten Google.


Tidak Hanya Google


Amazon Appstore | Photo

Sumber: The Next Web



Mirip dengan Google, Apple maupun Amazon yang sama-sama memiliki platform distribusi aplikasi mobile juga dikenal sangat memerhatikan masalah kekayaan intelektual. Kedua perusahaan tersebut menyediakan saluran bagi para pengguna layanan masing-masing untuk mengadukan pelanggaran hak cipta dan berjanji untuk menindaklanjuti setiap laporan yang diterima.


Beberapa developer lokal pun sudah pernah merasakan sendiri komitmen mereka. Mojiken Studio pernah mengadukan pembajakan atas karyanya di Apple App Store. Begitu juga dengan Tempa Labs saat melaporkan bahwa Tiled Quest hasil garapannya telah dibajak di Amazon Appstore. Baik Apple maupun Amazon dengan menindaklanjuti laporan tersebut yang berujung pada penarikan konten ilegal dari masing-masing saluran distribusi.


Kerugian dari Game yang Ditarik dari Peredaran


Empty Wallet | Photo

Sumber: Flickr



Mengembangkan game tidaklah murah. Para developer harus mencurahkan waktu, tenaga, dan juga biaya agar karya yang mereka hasilkan dapat menarik minat calon konsumen. Namun bila ternyata game mereka pada akhirnya ditarik tanpa ada peringatan sebelumnya, tentu dampaknya akan cukup menyakitkan, apalagi bagi para developer indie yang belum memiliki sumber penghasilan selain dari monetisasi game.


Ketika ditanya soal kerugian, Gimku mengaku tidak mengalami kerugian finansial dari kejadian ini, meskipun traksi jumlah download dan momentum yang dibangun oleh Gimku sempat terputus akibat menghilangnya Epic War VI dari Google Play. Semakin lama sebuah game menghilang dari peredaran, semakin besar pula potensi pendapatan yang hilang.


Sama halnya dengan kemunculan game bajakan. Rasanya saya tidak perlu berpanjang lebar mengenai dampak buruk game bajakan untuk developer asli. Bajakan jelas-jelas membuat potensi pendapatan yang seharusnya dapat diperoleh developer asli malah dinikmati oleh pihak tidak bertanggung jawab. Bila sampai kedua hal tadi terjadi, maka developer bisa jadi tidak akan meraup laba, atau bahkan menutupi biaya pengembangan yang telah dikeluarkan.


Apa yang Bisa Google, Apple, maupun Amazon Lakukan dengan Lebih Baik


Google Content Policy | Screenshot

Tiga hal yang dibutuhkan untuk melaporkan pencurian konten di Google Play: nama konten, hukum yang dilanggar, hak cipta yang dimiliki (Sumber: YouTube)



Baik Google, Apple, maupun Amazon pada saat ini mungkin menerima ratusan (atau bahkan lebih) aplikasi baru setiap harinya. Dengan jumlah yang sedemikian banyak, tentunya tidak mengherankan bila beberapa aplikasi yang diunggah oleh developer ternyata menyalahi ketentuan. Meskipun perhatian mereka terhadap kekayaan intelektual patut diapresiasi, namun perlakuan sepihak yang diterapkan kepada para developer saat ini menurut saya masih dapat diperbaiki lagi.


Epic War baru kembali di Google Play setelah ArtLogic Games mengirimkan beberapa bukti, salah satunya adalah video aktivitas mengedit dan mengunggah Epic War versi web serta Android. Seluruh proses tersebut membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu sejak Epic War ditarik dari Google Play.


Dalam kasus Epic War, saya pikir Google sebenarnya dapat memberikan pengumuman tentang rencana penarikan game, sekaligus menyebutkan tenggat waktu eksekusi kebijakan tersebut. Dengan batas waktu yang jelas, developer dapat memperkirakan urgensi serta menyiapkan persyaratan yang diminta untuk mencegah penarikan. Walau pada akhirnya aplikasi tetap ditarik karena melewati tenggat pun, developer tidak kaget karena sudah mendapatkan notifikasi sebelumnya.


Pembajakan game oleh pihak lain seperti yang dialami oleh Mojiken Studio dan Tempa Labs membuat saya bertanya-tanya mengenai proses validasi yang dilakukan oleh para pemilik platform. Saya pikir, dengan pelaksanaan proses due diligence yang efektif, kejadian pembajakan pada platform distribusi aplikasi mobile dapat diminimalkan tanpa harus menzalimi developer yang sah.


The post Kasus Penarikan Epic War VI dari Google Play, Sebuah Pelajaran Besar untuk para Developer yang Menjual Game Secara Digital appeared first on Tech in Asia Indonesia.





sumber:

0 komentar:

Posting Komentar